Tingkatan pengetahuan

Pendidikan Lingkungan Hidup

Pengetahuan lingkungan merupakan segala sesuatu yang membahas tentang lingkungan baik hubungan populasi yang satu dengan populasi yang lain maupun hubungan antar populasi dalam sebuah komunitas yang ada disekitar kita yang memberikan hubungan timbal balik dalam proses interaksi antara satu makhluk hidup dengan makhluk hidup yang lain serta semua unsur yang ada dalam komunitas atau ekosistem lingkungan itu sendiri, sehingga tetap terjaga dan mampu mengadaptasikan kembali dengan lingkungan yang lama maupun lingkungan yang baru.

Menurut Otto Sumarwanto menyatakan bahwa “Lingkungan atau lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita”. Lingkungan hidup manusia atau sering disebut lingkungan hidup, sebenarnya berakar dari penerapan ekologi. Untuk dapat mengelola lingkungan hidup perlu penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia dengan tanggung jawab dan kewajibannya. Sikap dan perilaku ini sangat diperlukan sehingga memungkinkan kelangsungan peri kehidupan secara keseluruhan serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses yang bertujuan membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup harus berdasarkan pengalaman langsung bersentuhan dengan lingkungan hidup sehingga diharapkan pengalaman langsung tersebut dapat membentuk perilaku, nilai dan kebiasaan untuk menghargai lingkungan. Sejalan dengan ini maka program adiwayata adalah salah satu program yang mendukung untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

Adiwiyata adalah suatu tempat yang baik dan ideal sehingga dapat diperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Tujuan program adiwiyata yaitu untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Pengertian pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah salah satu perlengkapan dasar manusia di dalam menempuh kehidupan ini. Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dimana pengetahuan adalah hasil tahu. Pengetahuan adalah hal yang sangat penting agar terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan diartikan sebagai segala informan yang kita dapatkan berasal dari sumber-sumber yang telah ada, seperti bacaan, buku, majalah, media tv ataupun komputer atau internet serta dari data-data yang telah teruji kebenarannya. Pengetahuan memiliki fungsi yang sangat penting dalam memperkuat ilmu yang telah kita peroleh melalui pendidikan formal, pengetahuan memberikan nilai tambah terhadap keterbatasan proses belajar yang kita dapatkan melalui bangku sekolah atau pendidikan formal.

Pengetahuan terbagi atas 4 jenis pengetahuan :
  1. Pengetahuan faktual, adalah pengetahuan tentang pengetahuan-pengetahuan yang terpisah dan mempunyai ciri-ciri tersendiri “Potongan-potongan informasi”. Pengetahuan faktual meliputi pengetahuan tentang terminologi dan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.
  2. Pengetahuan konseptual, adalah pengetahuan-pengetahuan tentang “Bentuk-bentuk pengetahuan yang lebih kompleks dan terorganisasi”. Jenis pengetahuan ini mencangkup pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, prinsip dan generalisasi, juga tentang teori, model dan struktur.
  3. Pengetahuan prosedural, adalah “Pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu”. Ini melingkupi pengetahuan perihal ketrampilan dan alogoritme, teknik dan metode, juga perihal kriteria-kriteria yang digunakan untuk menetukan dan/atau menjustifikasi kapan harus melakukan sesuatu”. Dalam ranah-ranah dan disiplin-disiplin ilmu tertentu.
  4. Pengetahuan metakognitif, adalah “Pengetahuan mengenai kognisi secara umum, kesadaran akan dan pengetahuan mengenai kognisi diri sendiri”. Pengetahuan jenis ini melingkupi pengetahuan strategis; pengetahuan tentang proses-proses kognitif, termasuk pengetahuan konstektual dan kondisional serta pengetahuan-diri.
Tingkatan pengetahuan

Tingkatan pengetahuan terdiri dari enam tingkatan dengan aspek yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut :
  1. Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan merupakan pengingat bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat seperti: istilah umum, fakta-fakta khusus, metode dan prosedur, konsep dan prinsip.
  2. Pemahaman (Comprehension). Pemahaman di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
  3. Penerapan (Aplication). Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah
  4. Analisis (Analysis). Analisis adalah kemampuan memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu, biasanya analisis diperuntukkan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswi tingkat atas.
  5. Sintesis (Synthesis). Sintesis di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
  6. Penilaian (Evaluation). Evaluasi merupakan level tertinggi, yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi, evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pengetahuan, antara lain :
  1. Tingkatan pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
  2. Informasi. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan lebih luas.
  3. Budaya. Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
  4. Pengalaman. Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
Ekosistem

Pengertian ekosistem

Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A. G. Tansley pada tahun 1935, meskipun tentu saja konsep itu sama sekali bukan merupakan konsep yang baru. Terbukti bahwa sebelum akhir tahun 1800-an, pernyatan-pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai terbit menarik dalam literatur-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia.

Ekosistem merupakan sistem ekologi yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem ialah komunitas makhluk hidup dan lingkungan fisiknya yang berinteraksi sebagai satu satuan ekologi, sehingga merupakan keseluruhan kandungan biologi, fisika dan kimia biotop. Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup, tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi disebut dengan ekosistem.

Ekosistem dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan kesatuan utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup (faktor biotik dan faktor abiotik) yang saling memengaruhi. Penggabungan dari setiap unit biosistem melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.

Komponen ekosistem

Menurut Odum, semua ekosistem baik ekositem terestrial (daratan) maupun akuatik (perairan) terdiri atas komponen-komponen yang dapat dikelompokkan berdasarkan segi trofik atau nutrisi dan segi struktur dasar ekosistem.

Berdasarkan atas segi struktur dasar ekosistem, maka komponen ekosistem terdiri atas dua jenis sebagai berikut. 1) Komponen biotik (komponen makhluk hidup), misalnya binatang, tumbuhan, dan mikroba. 2) Komponen abiotik (komponen benda mati), misalnya air, udara, tanah, dan energi.
Berdasarkan unsur penyusunnya, komponen-komponen ekosistem dapat dibedakan menjadi :
  1. Unsur tak hidup, abiotik, atau non-hayati, yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas air, tanah, udara, matahari yang merupakan medium bagi berlangsungnya kehidupan.
  2. Produsen, yaitu organisme autotrofik (organisme yang dapat mensintesis makanannya sendiri atau dapat menyediakan makanannya sendiri), misalnya tumbuhan hijau.
  3. Konsumen, yaitu organisme heterotrofik (organisme yang hanya dapat memanfaatkan bahan makanan yang disediakan oleh organisme lain), misalnya manusia, hewan yang memakan organisme lain.
  4. Pengurai, perombak atau dekomposer, yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan organik yang bersal dari organisme mati.
Komponen-komponen ekosistem ini berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem yang kecil, katakanlah akuarium, ekosistemnya terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung dan melayang dalam air sebagai organisme hidup, sedangkan komponen abiotiknya terdiri dari pasir, air, mineral, oksigen yang terlarut dalam air.

Agar kesatuan dalam ekosistem tersebut teratur maka dibutuhkan adanya arus materi, energi yang terkendalikan oleh arus informasi di antara komponen-komponen di dalam ekosistem tersebut. Masing-masing komponen dalam ekosistem mempunyai fungsi dan selama masing-masing komponen melakukan fungsinya dengan baik, keteraturan ekosistem terjaga.

Keteraturan ekositem menunjukkan ekosistem tersebut berada dalam keseimbangan, di mana keseimbangan ini tidak bersifat statis, melainkan bersifat dinamis dan selalu berubah. Perubahan ini dapat terjadi secara alamiah maupun akibat ulah manusia yang tidak peduli terhadap lingkungannya. Dengan konsep ekosistem, kita memandang unsur-unsur dalam lingkungan hidup tidak secara terpisah-pisah, melainkan terintegrasi sebagai komponen yang saling berkaitan dalam suatu sistem. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan ekosistem.

Sikap Peduli Lingkungan

Sikap atau yang dalam Bahasa Inggris disebut sebagai attitude oleh Allport dalam Sarwono dan Meinarno didefinisikan sebagai kesiapan mental yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi. Dengan kata lain dapat dikatakan sikap merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek.

Sikap peduli lingkungan didefinisikan sebagai kepedulian individu kepada lingkungan fisik yang ada disekitarnya dan memiliki keinginan untuk dapat melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana. Sikap peduli lingkungan sangat penting karena dengan sikap peduli lingkungan dapat menimbulkan perilaku peduli lingkungan yang menentukan meningkat atau menurunnya kualitas lingkungan.

Secara sederhana sikap meliputi komponen kognitif, afektif, dan unsur-unsur konatif. Seseorang memiliki sikap peduli lingkungan tinggi atau rendah dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, dengan adanya informasi terkini mengenai isu lingkungan, usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, bangsa, tempat tinggal (perkotaan pedesaan), agama, politik, kepribadian, pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan lingkungan.

Sikap peduli lingkungan ialah sikap untuk melestarikan, memperbaiki dan mencegah kerusakan, serta pencemaran lingkungan sebagai bentuk respon dari perubahan lingkungan yang terjadi. Sekolah memiliki peranan untuk membentuk karakter sikap peduli lingkungan pada diri siswa.

Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Mustakim bahwa sekolah seharusnya memainkan perannya dalam membentuk kesadaran terhadap lingkungan pada diri siswa. Melalui pembangunan sikap peduli lingkungan di sekolah maka siswa akan peduli dengan lingkungannya, berusaha untuk merawat lingkungan, dan berpikir untuk memperbaiki lingkungannya. Karakter ini bisa dimulai dari persoalan sederhana, seperti penyediaan tempat sampah yang memadai sampai pada perumusan action plan tentang program-program kepedulian lingkungan. Selain itu, pembiasaan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Salim, kegiatan tersebut dapat berupa (a) peningkatan kesehatan lingkungan yang menyangkut usaha kebersihan, (b) kebersihan dalam rumah, (c) usaha hemat energi baik itu hemat listrik maupun hemat air, (d) pemanfaatan kebun atau pekarangan untuk penghijauan, (e) penanggulangan sampah, dan (f) mengembangkan teknologi biogas.

Pengertian sikap

Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Menurut Charles Bird, mengartikan sikap sebagai suatu yang berhubungan dengan penyesuaian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tindakannya sendiri. Bahkan lebih luas lagi, sikap dapat diartikan sebagai predisposisi (kecenderungan jiwa) atau orientasi kepada suatu masalah, institusi dan orang lain.

Definisi sikap menurut Allport menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang. Harlen mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi sesuatu objek atau situasi tertentu.

Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan.

Tingkatan sikap

Tingkatan sikap terdiri dari lima tingkatan. Berikut ini akan dijelaskan setiap tingkat secara berurutan.
  • Menerima (Receiving). Menerima di sini adalah diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya (stimulus) tertentu yang mengandung estetika.
  • Tanggapan (Responding). Tanggapan atau jawaban (responding) mempunyai beberapa pengertian antara lain :
    1. Tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik (siswa) sebagai menifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar.
    2. Tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku (behavior psychology) adalah segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau yang timbul karena adanya perangsang dan perubahan tersebut dapat diamati.
    3. Tanggapan dilihat dari segi adanya kemauan dan kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu kejadian (stimulus) dengan cara berpartisipasi dalam berbagai bentuk.
  • Menilai. Menilai dapat diartikan sebagai berikut :
    1. Pengakuan secara objektif (jujur) bahwa siswa itu objek, sistem atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat.
    2. Kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah sesorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai atau kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku positif atau negatif.
  • Organisasi (Organization). Organisasi dapat diartikan sebagai :
    1. Proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan.
    2. Kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang lain apabila kepadanya diberikan berbagai nilai.
  • Karakterisasi (Characterization). Karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri perlakunya.
Faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Partini faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap adalah :
  1. Faktor internal: Faktor yang berasal dari dalam individu, yaitu kemampuan menyeleksi dan mengelolah atau menganalisis pengaruh yang datang dari luar termasuk disini minat, perhatian. 
  2. Faktor ekternal: Faktor di luar dari individu yaitu pengaruh dari lingkungan yang diterima.
Dengan demikian pembentukan dan perubahan sikap, disamping dipengaruhi oleh faktor turunan (warisan) yang dibawa sejak dari kandungan, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan alam sekitar. Pengaruh faktor eksteren dalam pembentukan dan pengembangan sikap dapat bersifat langsung dan dapat pula bersifat tidak langsung. Hubungan secara langsung dapat dengan cara diberikan, yaitu dengan adanya komunikator yang sengaja memberikan sesuatu dengan maksud serta tujuan mengubah sikap tertentu. Sedangkan yang tidak langsung atau sengaja diberikan yaitu dengan jalan menciptakan sesuatu yang memungkinkan dapat terjadi perubahan sikap yang dikehendaki.

Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap

Secara teoritis, pengetahuan memiliki hubungan terhadap pembentukan sikap seseorang. Piaget dalam teori perkembangan afektif (affective development) menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan dari perkembangan afektif. Artinya, sejalan dengan perkembangan kognitif seseorang maka akan berkembang pula sikap seseorang hal ini dikarenakan aspek kognitif memiliki komponen yang menunjang pembentukan sikap.

Komponen kognitif berkaitan dengan kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar mengenai objek sikap. Sedangkan, kepercayaan itu sendiri berasal dari apa yang secara nyata diketahui oleh seseorang. Berdasarkan dari yang diketahui itulah kemudian terbentuk ide, gagasan, atau persepsi terhadap sifat dan karakteristik suatu objek.

Oleh karena itu, pengetahuan akan menjadi dasar sikap yang akan membentuk perilaku karena pengetahuan itu sendiri pada hakikatnya merupakan produk kegiatan berpikir. Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi pembentukan sikap yang baik pula begitupun sebaliknya.

Menurut Mubarak, Khoirul, Nurul, dan Supriadi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya adalah informasi dan pengalaman. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang agar mendapatkan pengetahuan yang baru, sedangkan pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Notoatmodjo, terbentuknya perilaku baru yaitu sikap, dimulai dari domain kognitif dalam arti subjek atau individu mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus berupa materi atau objek diluarnya, yang menimbulkan pengetahuan baru pada individu sehingga terbentuk respon batin yang tampak dalam sikap individu terhadap objek yang diketahuinya tersebut.

SUMBER :
  • Indah Kencanawati dan Emayulia Sastria, Pengetahuan Lingkungan, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013), cet. 1
  • Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni, 1992), cet. 1
  • Ramli Utina dan Dewi Wahyuni K. Baderan, Ekologi dan Lingkungan Hidup, Karya Ilmiah, (Gorontalo: Tidak publikasi, 2009)
  • Wahyu Surakusumah, Konsep Pendidikan Lingkungan di Sekolah: Model Uji Coba Sekolah Berwawasan Lingkungan, Artikel, (Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, Tanpa tahun)
  • Subki, Program Nasional dan Penghargaan di Banten, Artikel, (Banten: Tidak dipublikasi, Tanpa tahun)
  • Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), cet. 4
  • Mukhammad Aminudin Bagus Febriyanto, Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Konsumsi Jajanan Sehat di MI Sulaimaniyah Mojoagung Jombang, Skripsi, (Surabaya: Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Sarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat, 2016)
  • Indah Kencanawati dan Emayulia Sastria, Pengetahuan Lingkungan, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013), cet. 1
  • Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Lamdasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), cet. 1
  • Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), ed. 1, cet. 14
  • Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. 1
  • Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), ed. 3, cet. 3
  • Martinis Yamin, Starategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2003), cet. 
  • Mukhammad Aminudin Bagus Febriyanto, Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Konsumsi Jajanan Sehat di MI Sulaimaniyah Mojoagung Jombang, Skripsi, (Surabaya: Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Sarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat, 2016)
  • Indriyanto, Ekologi Hutan, (Bandar Lampung: Bumi Aksara, 2006), cet. 1
  • Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, (Bandung: Alumni, 1992), cet. 1
  • Billy Berlian Alexander, Aisyah Halsey, dan Risa Agustin, Kamus Biologi Lengkap, (Surabaya: Serbajaya, Tanpa tahun)
  • Zoer’aini Djamal Irwan, Tatanan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
  • Wahyu Surakusuma, Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran/Paket Keahlian Teknik Produksi Hasil Hutan Bab 1 Pengertian Ekosistem, (Surakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebuyaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2017)
  • Indriyanto, Ekologi Hutan, (Bandar Lampung: Bumi Aksara, 2006), cet. 1
  • Philip Kristanto, Ekologi Industri Edisi Kedua, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2012), ed. 1
  • Hefi Afizena Elvazia, Perbandingan Literasi Lingkungan dan Sikap Peduli Lingkungan Siswa Sekolah Adiwiyata dengan Siswa Sekolah Non Adiwiyata di Kabupaten Pringsewu, Skripsi, (Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2017)
  • Nina Nabilah, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Ekosistem dan Perubahan Lingkungan dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Bandar Lampung, Skripsi, (Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2018)
  • Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), ed. 1, cet. 4
  • M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), ed. 1, cet. 6 
  • Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), ed. 1, cet. 4
  • Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), ed. revisi, cet. 5
  • Martinis Yamin, Starategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2003), cet. 1
  • Masnur Alam, Upaya Pengembangan Sikap dan Amal Keagamaan Santri, (Sungai Penuh: Referensi, 2012), cet. 1
  • Nina Nabilah, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Ekosistem dan Perubahan Lingkungan dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Bandar Lampung, Skripsi, (Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2018)
  • Idia Lusi, Gamya Tri Utami, dan Fathra Annis Nauli, Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Filariasis dengan Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Filariasis, (Riau: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Tanpa Tahun)
  • Nina Nabilah, Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Ekosistem dan Perubahan Lingkungan dengan Sikap Peduli Lingkungan Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Bandar Lampung, Skripsi, (Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2018)
  • Rizal Ahmadi, Hubungan Pengetahuan Lingkungan Hidup dengan Sikap Peduli Lingkungan Hidup Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Tumijajar, Skripsi, (Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2018)
  • Subki, Program Nasional dan Penghargaan di Banten, Artikel, (Banten: Tidak dipublikasi, Tanpa tahun)
  • Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), ed. rev., cet. 14

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »


EmoticonEmoticon