Masalah psikologis pada masa remaja

Psikologis Remaja

Pengertian Psikologis Remaja

Yudrik Jahja (2011) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dar jiwa/mental tersebut yakni tingkah laku, dan proses atau kegiatannya. Sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah lakudan proses mental.

Menurut Ali (2017) intelek adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir, seseorang yang dikatakan intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persolaan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat serta mampu bertindak cepat. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa intelek tidak berbeda denga intelegensi yang berarti kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi atau lingkungan sekitar.

Perubahan fisik dan psikologis pada masa remaja
  • Karakteristik perubahan fisik remaja. Perubahan fisik remaja yaitu terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer dan sekunder. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja wanita yaitu, pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut kemaluan, pertumbuhan badan/tubuh, menarche dan pertumbuhan bulu ketek. Sedangkan, pada remaja laki-lakiperubahan fisik yang terjadi yakni, perubahan testis, pertumbuhan rambut kemaluan, pertumbuhan badan, pertumbuhan penis, kelenjar prostat, ejakulasi pertama dengan mengeluarkan semen dan pertumbuhan rambut wajah dan bulu ketek.
  • Tanda kematangan fungsi seksual. Kematangan fungsi seksual remaja laki-laki ditandai dengan kelarnya mani pertama pada malam hari. Sedangkan pada wanita kematangan fungsi seksual ditandai dengan menstruasi pertama yang disebut dengan istilah menarche (Herawati dan Temu, 2014).
Masalah psikologis pada masa remaja

Herawati dan Temu (2014) menyatakan perubahan fisik pada masa pubertas mempengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun internal, sehingga turut mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja. Meskipun akibatnya bersift sementara, cukup menimbulkan perubahan dalam pola perilaku. 
  • Faktor-faktor penyebab terjadinya masalah pada remaja
    1. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja menimbulkan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks.
    2. Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu karena ketidaktahuannya.
    3. Perbaikan gizi yang menyebabkan menarche menjadi lebih dini dan masih banyaknya kejadian kawin muda.
    4. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi menyebabkan membanjirnya arus informasi dari luar yang sulit diseleksi.
    5. Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan gejolak remaja. Perlu adanya penyaluran sebagai substitusi yang bernilai positif ke arah perkembangan keterampilan yang mengandung unsur kecepatan dan kekuatan.
  • Masalah psikologis yang terjadi pada masa remaja
    • Rasa malu. Rasa malu merupakan perasaan semacam tidak nyaman. Biasanya berkaitan dengan membuka diri kepada orang lain, jadi rasa malu timbul seolah-olah kita sedang disorot atau diawasi oleh orang lain.
    • Emosionalitas. Emosionalitas merupakan suatu kondisi kecenderungan atau tingkatan derajat seseorang bereaksi secara emosional. Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar. Kemurungan, merajuk, ledakan amarah, dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa pubertas. Berdasarkan emosionalitasnya manusia digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :
      1. Orang yang emosionalitasnya tinggi (mudah terpengaruh). Orang yang emosionalitasnya tinggi mempunyai sifat mudah marah, tersinggung, perhatian tidak mendalam, tidak suka ketegangan, pendirian kuat dan selalu ingin berkuasa. b) Orang yang emosionalitasnya rendah (tidak mudah terpengaruh). Orang yang memiliki emosionalitasnya rendah memiliki sifat seperti berhati dingin, berhati-hati dalam mengambil keputusan, pandai menahan nafsu, suka ketegangan, dan selalu memberi kebebasan kepada orang lain. Adapun faktor penyebab emosionalitas pada masa pubertas atau masa remaja yaitu :
      2. Sedih, mudah marah, dan suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama masa prahaid
      3. Kurangnya kemampuan untuk mengontrol diri atau masih lemahnya kemampuan mengendalikan diri
      4. Remaja berada dibawah tekanan sosial. Selama masa kanak-kanak, ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan itu d) Dampak dari penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru
    • Kurang percaya diri. Percaya diri adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan dan kelebihan dirinya sendiri dalam memenuhi semua harapannya. Sikap atau perilaku remaja yang memiliki harga diri rendah/ kurang adalah :
      1. Tidak mau mncoba sesuatu hal yang baru
      2. Merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan
      3. Punya kecenderungan untuk melempar kesalahan pada orang lain
      4. Mudah mengalami rasa frustasi dan tertekan e) Meremehkan bakat dan kemampuannya sendiri. Faktor penyebab kurang percaya diri pada masa pubertas antara lain :
      5. Faktor lingkungan keluarga. Hal ini terjadi pada keluarga dengan orang tua yang autokrat, yaitu orang tua hanya mengatakan apa yang harus dilakukan oleh anak mereka. Selain itu, pada orang tua otoriter yaitu anak remaja dapat beradaptasi dengan lingkungannya tetapi tidak mempunyai hak dalam mengambil keputusan. 
      6. Faktor fisik. Takut akan kegagalan karena adanya perubahan fisik dan adana kritik dari orang tua dan teman. Remaja tidak mampu mengenali kelebihan-kelebihan pada diri sendiri, sehingga ia tidak dapat mengembangkan kemampuannya menjadi suatu prestasi tertentu. Adanya perubahan yang mencolok pada wanita dimasa pubertas, maka tidak jarang di masa itu seorang wanita cenderung menarik diri.
    • Antagonisme sosial. Anak remaja pubertas sering kali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menentang. Pada masa reamaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antara remaja dengan orang tuanya. Faktor penyebab terjadinya antagonisme sosial adalah sifat remaja yang ingin memperoleh kebebasan dalam mengatur dirinya sendiri dan remaja berusaha untuk melepaskan diri dari lingkungan.
    • Antagonisme seks.Anak yang mengalami masa pubertas biasanya menunjukan keagresifan dalam masalah pergaulan dengan lawan jenis.
    • Cepat Merasa Bosan. Anak yang pubertas bosan dengan permainan yang sebelumnya digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, anak sedikit sekali bekerja sehingga prestasimya di berbagai bidang menurun. Anak menjadi terbiasa untuk tidak mau untuk berprestasi khususnya karna sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.
    • Keinginan untuk menyendiri. Anak yang dalam masa pubertas cenderung mengasingkan diri dari lingkungan manakala ada masalah baik yang menyangkut masalah dalam pergaulan maupun terkait dengan harga dirinya. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang lain.
    • Keengganan untuk berkerja. Situasi seperti ini tampak menjadi masalah bagi anak pubertas, karna sebelumnya tidak terbiasa bekerja serius. Akibatnya anak di sodorkan pekerjaan tak jarang menolak, sekalipun mau biasanya cepat lelah. Hal itu disebabkan pada masa kanak- kanak mereka terbiasa bermain.
    • Sikap tidak tenang. Perubahan yang cepat pada masa pubertas biasanya menyebabkan prilaku salah tingkah dan cenderung terburu- buru. Aank- anak pubertas tidak bisa duduk atau berdiri dalam posisi yang sama dalam waktu yang lama. Hal ini disebabkan karna emosi yang meluap sehingga fisikpun ikut merasakan agresifitas mentalnya. 
    • Day Dreaming. Masa pubertas disebut masa penciptaan berbagai imajinasi yang teramat muluk, ingin ini dan itu. Keinginan seperti ini sering kali mereka ekpresikan dalam lamunan, kadang tersenyum, atau tertawa sendiri. Seiring dengan perkembangan mentalnya, lama- lama sikap ini perlahan- lahan hilang, mulai bersikap dan berfikir realistis menjelang akhir usia remaja, serta memasuki usia dewasa.
Faktor yang mempengaruhi psikologi remaja terhadap perilaku merokok
  1. Merasa kesulitan dalam pelajaran. Remaja berpendapat merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi saat mendapatkan kesulitan dalam belajar dan menghalau rasa kantuk, sehingga kebiasaan merokok dapat menyebabkan ketergantungan perokok sehingga sulit untuk dia hindari.
  2. Ingin terlihat keren. Faktor keinginan terlihat keren terjadi karena mereka ingin menjadi dewasa, remaja berpendapat merokok sebagai suatu tanda kebebasan dan perilaku merokok tidak salah dari segi moral. Ada remaja yang berpendapat bahwa yang mempengaruhi mereka untuk merokok adalah merokok dapat membuat mereka menjadi keren dan unik.
  3. Ingin di terima dalam pergaulan. Merokok merupakan tren atau budaya pada masa kini, supaya remaja diterima dikalangan teman-teman dan masyarakat. Merokok dapat bermakna untuk mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, dan juga memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. Hal ini juga bisa disebabkan karena Ibu dan Bapak yang tidak peduli jika remaja merokok.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »


EmoticonEmoticon