Pengertian Proporsi

Proporsi Antara Teori dan Praktek

Pengertian Proporsi

Pengertian menurut para ahli :

Proporsi adalah suatu keseimbangan antara satu benda dengan benda lainnya dalam berbagai pertimbangan. Pada umumnya proporsi ini menggambarkan keseimbangan objek yang dilihat oleh seseorang atau beberapa orang dalam pengamatan mereka. Proporsi menggambarkan keseimbangan dua objek atau lebih dalam berbagai hal seperti bentuk, keindahan, ukuran, bahan, keawetan dan lainnya. Istilah ini banyak digunakan dalam arsitektur untuk menggambarkan keserasian benda tertentu. Bagi orang awam perbandingan tersebut sering dilakukan namun mereka tidak menggunakan kata-kata proporsi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proporsi itu adalah suatu istilah yang sering diucapkan oleh beberapa orang yang melakukan pengamatan terhadap objek tertentu. Kita bisa mendapat proporsi yang tepat apabila kita sudah terbiasa membandingkan keserasian benda tertentu dan keseimbangan antara satu benda dengan benda yang lainnya atau keseimbangan yang yang harus dimiliki oleh suatu objek dengan objek yang lain.

Pengertian Teori

Di dalam bukunya L. Moleong yang berjudul metode penelitian kualitatif dijelaskan bahwa :

Teori adalah merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis atau dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi dalam buku metode penelitian sosial mengatakan “teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.”

Berdasarkan pengertian di atas maka dijelaskan bahwa teori adalah serangkaian konsep, defenisi dan preposisi yang saling berkaitan dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena pada umumnya dan merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang didukung oleh data dan argumentasi.

Ada beberapa teori-teori dalam belajar yang berkembang antara lain:

a. Teori behaviorisme

Dalam perspektif teori behaviorisme, pembelajaran di artikan sebagai proses pembentukan antara ransangan (stimulus) dan balasan (respons). pembelajaran merupakan proses pelaziman (pembiasaan). hasil pembelajaran yang di harapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan. Behaviorisme menekan arti penting bagaimana peserta didik membuat hubungan antara pengelaman dan perilaku.

b. Teori belajar kognitif

Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan teori mental, bukan peristiwa behavioral ( perilaku) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral (perilaku) tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Teori kognitif menekan belajar sebagai proses internal. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

c. Teori konstruktivisme

Dalam teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek imformasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila paturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Teori ini menekankan pengetahuan tidak dapat di pindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran peserta didik. Dengan demikian, peserta didik harus aktif dalam proses pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuannya kematangan kognitif dasar yang dimilikinya.

Teori kontruktivisme memberikan gambaran bahwa dalam kegiatan pembelajar guru sangat berperan penting dalam usaha mengajak atau membawa peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Pengertian praktek

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam sebuah buku yang teori-teori psikologi sosial. Menurutnya praktek adalah “Melaksanakan sesuatu secara nyata seperti apa yang disebut dalam teori atau perbuatan melakukan teori.”

Praktek merupakan upaya untuk menberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapat pengalaman lansung belajar berdasarkan pengalaman mendorong pserta untuk merefleksi atau melihat kembali pengalaman-pengalaman yang meraka pernah pelajari.

Pembelajaran praktek merupakan suatu proses untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan keterampilan dan peralatan yang digunakan.

Selain itu pelajaran praktek merupakan suatu proses pendidikan yang berfungsi membimbing peserta didik secara sistematis dan terarah untuk dapat melakukan suatu keterampilan.

Oleh karena itu, untuk melaksanakan suatu kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya diperlukan suatu suasana yang menyenangkan dan perlengkapan yang memadai maupun faktor penunjang lainnya yang berkaitan dengar belajar. Fasilitas yang lengkap dan relevan dengan tujuan pembelajaran akan dapat membantu pencapai proses belajar yang optimal.

Makna Teori dan Praktek Dalam Pembelajaran

Berangkat dari asumsi bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan respon, maka pembelajaran kemudian dipandang sebagai sebuah aktivitas alih pengetahuan (transfer of knowledge) oleh guru kepada siswa. Dalam perspektif semacam ini, terlihat bahwa peran guru dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan kedudukan siswa dalam konteks pembelajaran behaviorisme menjadi “orang yang tidak tahu apa-apa” dan karena itu perlu diberitahu oleh guru.

Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah dipaparkan, maka secara ringkas implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut :
  1. Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa.
  2. Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan.
  3. Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang terisolasi dengan akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner.
  4. Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan telah lebihditekankan pada keterampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.
  5. Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorokan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
  6. Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil test dan menuntut hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian, evaluasi lebih ditekankan pada hasil dan bukan pada proses, atau sintesis antara keduanya.
Hal penting yang dapat dipelajari dari teori belajar Skiner yaitu :
  1. Proses belajar hendaknya dirancang untuk jangka waktu yang pendek berdasarkan tingkah laku yang dipelajari sebelumnya.
  2. Pada awal proses belajar perlu ada reinforcement serta kontrol terhadap reinforcement yang diberikan.
  3. Reinforcement perlu segera diberikan begitu terlihat adanya respons belajar yang benar.
  4. Subyek belajar perlu diberi kesempatan untuk melakukan generalisasi, dan diskriminasi stimuli sebab hal ini akan memperbesar kemungkinan keberhasilan.
Agar dapat mencapai tujuan Pendidikan Agama tersebut, tentu saja pembelajaran Pendidikan Agama di sekolah harus dilakukan secara padu dan utuh. Padu dan utuh dalam mengapresiasi peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek pendidikan. Peserta didik merupakan makhluk multi dimensi dengan beragam potensi kemampuan dan kelemahan. Potensi kemampuan dan kelemahan manusia terdapat baik pada dimensi fisik maupun psikisnya. Oleh sebab itu, tatapan yang berat sebelah tentang eksistensi peserta didik dari dimensi lahiriyahnya saja, tidak dibenarkan dalam pendidikan, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama.

Peserta didik tidak cukup hanya memahami atau mengetahui ajaran Agama, yang merupakan kecerdasan intelegensinya saja, melainkan juga harus mampu mengembangkan kecerdasan yang lain sebagai aspek dari keutuhan manusia. Pada akhirnya peserta didik diharapkan mampu mengamalkan ajaran Agama dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dicita-citakan oleh tujuan pembelajarannya. Untuk itu diperlukan praktek dalam mengembangkan dan mengaplikasikan kemampuan siswa.

Kegiatan praktek dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya. Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu, dalam hal ini guru melatih keterampilan siswa dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil dicapai mereka.

Agar kegiatan praktek yang dilakukan dapat mencapai hasil yang lebih baik dan maksimal maka guru dapat mempraktekkan cara praktek yang baik dan dapat dicontoh oleh para siswa. untuk mempraktekkannya maka guru harus memiliki keahlian dalam menggunakan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Setelah mempraktekkan siswa diberikan kesempatan untuk melakukan latihan keterampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru.

Dengan praktek dan demonstrasi maka siswa akan menjadi lebih memahami dan pembelajaran lebih efektif. Kegiatan praktek sangat baik dilaksanakan dalam pembelajaran Agama, karena praktek dan demonstrasi ini dilaksanakan apabila :
  1. Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal atau latihan kerja.
  2. Materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana untuk melakukan keterampilan dan tata cara melakukan suatu kegiatan.
  3. Manakala guru bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan suatu prosedur maupun dasar teorinya.
  4. Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan.
  5. Untuk menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan/praktik yang kita laksanakan.
  6. Untuk dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan hanya mendengarkan ceramah atau membaca dari buku karena siswa memperoleh gambaran yang jelas dari pengamatannya.
  7. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti waktu praktik.
  8. Bila siswa turut aktif maka ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktik untuk mengembangkan kecakapan dan memperoleh pengakuan dan pengharapan dari lingkungan sosial.
SUMBER :
  • Lexi J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002)
  • Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1998)
  • Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
  • Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010)
  • Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »


EmoticonEmoticon