Pengertian Workplace Spirituality

Pengertian Workplace Spirituality

Suatu perusahaan yang menerapkan workplace spirituality, akan menjadikan karyawannya merasa terhubung dan bermakna di tempat kerja, karyawan akan tampil lebih baik, muncul lebih sering, dan memberikan kontribusi yang lebih terhadap suasana yang lebih baik di tempat kerja. Selanjutnya, karyawan ingin lebih mengontrol pekerjaan mereka, lebih menyeimbangkan kehidupan kerja, dan karyawan akan lebih meningkatkan makna dalam pekerjaan mereka (Gull dan Doh dalam Khasawneh, 2011). Martin, et al (dalam Regu dan Chunha, 2008) menyatakan bahwa penerapan workplace spirituality akan merangsang karyawan untuk membentuk persepsi yang lebih positif terhadap organisasi sehingga karyawan akan mendapatkan perubahaan dan mencapai penyesuaian yang lebih baik melalui pekerjaan dengan kepuasaan yang lebih tinggi, berkomitmen terhadap organisasi, kesejahteraan organisasi, dan rendahnnya keingginan untuk melakukan turnover serta ketidak hadiran.

Menurut (Jalil, 2013) spiritualitas di tempat kerja adalah kesadaran manusia akan adanya relasi manusia dengan tuhan, mencangkup inner life individu, idealisme, sikap, pemikiran, perasaan, dan pengharapannya kepada yang mutlak, serta bagaimana individu mengekspresikan hubungan tersebut dalam kehidupan sehari- hari. Spiritualitas di tempat kerja tidak lagi terkungkung oleh aturan-aturan formal yang malah memberi peluang untuk berbuat curang, namun bermain dengan aturan-aturan moral, etika, dan kemanusiaan yang bermuara pada keadilan dan kejujuran. Dengan naungan spiritualitas di tempat kerja, bisnis dipahami sebagai ekosistem bukan medan perang, perusahaan adalah komonitas bukan mesin, manajemen adalah pelayanan bukan kontrol, manajer adalah coach bukan mandor, karyawan adalah sejawat bukan pembantu, motivasi datang dari visi bukan rasa takut, perubahan adalah pertumbuhan bukan penderitaan. Namun secara teoritis spiritualitas bukanlah agama, agama dikarakteristikkan dengan sebuah kepercayaan, praktik dan instuisi. Sementara spiritualitas hanyalah keterhubungan perasaan seseorang tuhan.

Workplace spirituality adalah kesadaran bahwa orang memiliki kehidupan batin yang tumbuh dan ditumbuhkan oleh pekerjaan yang bermakna dan berlangsung dalam konteks komunitas (Robbins & Judge, 2008). Menurut Giacalone & Jurkiewicz (dalam Miller & Ewest, 2011) workplace spirituality adalah kerangka dari nilai organisasi yang dibuktikan dengan adanya budaya organisasi yang mendorong pengalaman transenden karyawan melalui proses pekerjaan dan perasaan terhubung dengan orang lain yang menghasilkan perasaan lengkap dan bahagia.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa workplace spirituality adalah kesadaran yang ada di dalam diri karyawan, merasa terhubung dan bermakna di tempat kerja membentuk persepsi yang lebih positif terhadap organisasi sehingga karyawan akan mendapatkan perubahaan dan mencapai penyesuaian yang lebih baik.

Dimensi Workplace Spirituality

Menurut (Jalil, 2013) menyatakan tiga dimensi workplace spirituality, yaitu :
  1. Adanya makna dan tujuan mendalam dari pekerjaan yaitu menggambarkan bagaimana karyawan berinteraksi dengan pekerjaan mereka dari hari ke hari di level individu. Spiritualitas melihat pekerjaan tidak hanya sebagai suatu hal yang menarik dan menantang, namun juga mencari makna dan tujuan yang mendalam, menghidupkan mimpi seseorang dan menggambarkan kebutuhan hidup seseorang dengan mencari makna kerja dan berkontribusi terhadap orang lain. karyawan menikmati pekerjaan, merasa hidup karena pekerjaan, serta mendapat makna dan tujuan personal.
  2. Memiliki hubungan yang dalam dengan orang lain yaitu berfokus pada perilaku individu tingkat kelompok dan fokus pada interaksi pekerja dengan rekan kerjanya, melibatkan hubungan mental, emosi dan spiritual antara karyawan dalam organisasi. Hal ini membentuk dalamnya perasaan terhubung antar individu, adanya dukungan, kebebasan berekspresi, adanya perasaan terhubung dengan rekan kerja, karyawan mendukung satu sama lain, dan terhubung dengan tujuan bersama.
  3. Adanya perasaan terhubung dengan tujuan organisasi yaitu mengidentifikasi diri dengan misi dan nilai organisasi, dengan adanya perhatian organisasi terhadap karyawan, karyawan berkeinginan untuk bekerja di organisasi dengan tujuan yang tidak hanya menjadi perusahaan yang baik, namun menjadi organisasi yang memiliki etika atau integritas dan berkontribusi lebih besar daripada perusahaan biasa, yaitu kesejahteraan karyawan, pelanggan dan masyarakat.
Definisi dan Karakteristik Workplace Spirituality

Menurut (Jalil, 2013) karakteristik kultur yang ada dalam workplace spirituality, yaitu :
  1. Kesadaran akan tujuan yang kuat. Organisasi spiritual akan mendasarkan budaya organisasi pada tujuan yang bermakna. Keuntungan organisasi bukanlah nilai utama, namun terilhami oleh tujuan yang diyakini penting dan bermakna.
  2. Fokus terhadap pengembangan individu. Organisasi spiritual menyadari makna dan nilai pada setiap manusia. Hal ini menjadikan organisasi tidak hanya sekedar menyediakan pekerjaan, namun mencoba menciptakan budaya dimana karyawan dapat belajar dan bertumbuh.
  3. Kepercayaan dan respek. Ciri organisasi spiritual adalah adanya sikap saling percaya, jujur, dan terbuka. Hal ini dapat menjadikan karyawan tidak takut untuk mengakui kesalahan mereka.
  4. Praktik kerja yang manusiawi. Organisasi spiritual menerapkan jadwal kerja fleksibel, imbalan berbasis kelompok dan organisasi, penyempitan kesenjangan gaji dan status, jaminan hak pekerja, pemberdayaan karyawan, dan keamanan kerja.
  5. Toleransi bagi ekspresi karyawan. Organisasi berbasis spiritual tidak akan menekan sisi emosional karyawan. Organisasi memberi ruang bagi karyawan untuk menjadi diri sendiri dalam mengutarakan suasana hati dan perasaan.
Dampak Workplace Spirituality

Menurut (Jalil, 2013) menyatakan bahwa penerapan workplace spirituality memberi dampak positif pada kreativitas, kejujuran dan kepercayaan, pemenuhan personal, dan komitmen. Lebih lanjut, hal ini juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya performansi organisasi.
  1. Kreativitas. Spiritualitas dapat menimbulkan kesadaran, kesadaran menimbulkan intuisi, dan intiuisi menimbulkan kreativitas. Spiritualitas juga menimbulkan kegembiraan dan kepuasaan sehingga karyawan dapat lebih kreatif sehingga dapat meningkatkan performansi organisasi dan kesuksesan finansial.
  2. Kejujuran dan kepercayaan . Kejujuran dan kepercayaan tidak dapat diragukan ada di seluruh transaksi bisnis. Kepercayaan antara organisasi dan karyawan memegang peran vital dalam performansi perusahaan. Ketidakpercayaan dapat menimbulkan masalah dan berdampak serius pada organisasi. Sementara itu, kepercayaan dapat menimbulkan performansi organisasi yang lebih baik, memperlancar pengambilan keputusan, komunikasi yag lebih baik, fokus pada pelanggan dan inovasi yang lebih baik.
  3. Pemenuhan personal. Penerapan spiritualitas akan menuntun karyawan merasa lengkap saat mereka datang ke tempat kerja. Hal ini akan menghasilkan derajat pemenuhan personal yang tinggi dan meningkatkan moral sehingga dapat meningkatkan performansi organisasi dan kesuksesan finansial. 
  4. Komitmen. Spiritualitas meningkatkan komitmen dengan menciptakan iklim penuh kepercayaan di tempat kerja. Komitmen ini tampak dalam bentuk komitmen afektif, yaitu karyawan mampu mengidentifikasi diri dengan tujuan organisasi dan karyawan mau membantu organisasi mencapai tujuan. 
  5. Performansi organisasi. Performansi organisasi dan kesuksesan finansial dapat meningkat seiring penerapan workplace spirituality. Hal ini disebabkan organisasi yang menerapkan spiritualitas secara nyata mendorong karyawan untuk membawa diri secara keseluruhan ke pekerjaan.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »


EmoticonEmoticon