CARACTER BUILDING

MAKALAH

CARACTER BUILDING

“Kerjasama Tim”



DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK VII

- Ika Belia Pratiwi : 1815301063
- Indah TriSeptia : 1815301064
- Lihon Saragi : 1815301065
- Lilis Sugandi : 1815301066

KELAS : 15 B


Dosen Pembimbing : Nina Fitri, M.Keb


PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita ke alam yang terang dan yang penuh dengan pengetahuan.

Terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah “Caracter Building” ibu Nina Fitri, M.Keb yang telah memberikan kelompok berbagai masukan dan bimbingan selama mengikuti kegiatan pembelajaran guna membantu dalam memahami pelajaran dan pembuatan makalah kelompok ini. Selanjutnya terima kasih juga kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah kelompok ini.

Kami menyadari bahwa makalah kelompok ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah kelompok ini. Dan semoga makalah kelompok ini dapat berguna untuk kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Bukit Tinggi, 26 September 2018

Kelompok VII


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kerjasama Tim
B. Meningkatkan Kemampuan Interpersonal
C. Potensi Tim
D. Organisasi Pembelajar
E. Perkembangan Tim
F. Kohesi
G. Norma Tim
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerjasama Tim menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam teamwork. Tanpa kerjasama yang baik tidak akan memunculkan ide-ide cemerlang. kerja sama merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan. Kerjasama akan menyatukan kekuatan ide-ide yang akan mengantarkan pada kesuksesan Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu.

Setiap tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerjasama yang dibangun dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja. Dalam kerjasama akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerjasama pada kerja tim adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim. Kemampuan dalam membina hubungan interpersonal akan memudahkan penyelesaian tugas sehari-hari apalagi tugas dalam teamwork. Karena bagaimanapun akan sulit membangun teamwork yang tangguh bila ketrampilan interpersonal dan komunikasi ini tidak dimiliki oleh salah seorang anggotanya. Atau dengan kata lain seseorang yang tidak memiliki ketrampilan interpersonal dan komunikasi akan sulit bekerja dalam satu kelompok kerja secara baik.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud kerjasama tim ?
  2. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan interpersonal ?
  3. Apa saja potensi tim ?
  4. Apa yang dimaksud organisasi pembelajar ?
  5. Bagaimana proses perkembangan tim ?
  6. Bagaimana kohesi dalam tim ?
  7. Bagaimana norma dalam tim ?
C. Tujuan
  1. Mengetahui apa itu kerjasama tim 
  2. Mengetahui cara meningkatkan kemampuan interpersonal
  3. Mengetahui potensi tim
  4. Mengetahui apa itu organisasi pembelajar 
  5. Mengetahui proses perkembangan tim
  6. Mengetahui kohesi dalam tim 
  7. Mengetahui norma dalam tim

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerjasama Tim

1. Pengertian Kerjasama Tim

Kerjasama dalam tim menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kerja. Kerjasama dalam tim akan menjadi suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerjasama tim. Tanpa kerjasama yang baik tidak akan memunculkan ide-ide cemerlang. Sebagaimana yang dinyatakan Bachtiar (2004) bahwa ”Kerja sama merupakan sinergisitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu tujuan yang diinginkan. Kerjasama akan menyatukan kekuatan ide-ide yang akan mengantarkan pada kesuksesan”.

Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki 3 (tiga) komponen. Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang-orang dalam sebuah tim memiliki interaksi regular. Ketiga, orang-orang dalam sebuah tim memiliki tujuan yang sama.

Setiap tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerja sama yang dibangun dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja. Dalam kerja sama akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerja sama pada kerja tim adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim.

Teamwork bisa diartikan tim kerja atau kelompok kerjasama. Selain itu juga ada yang mengartikan team work it is together (kerja tim itu bersama-sama). Team work atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

2. Jenis Tim
  1. Tim Formal. Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur formal organisasi. Dua jenis tim formal yang paling umum adalah tim vertikal dan tim horizontal.
  2. Tim Vertikal. Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai komando formal. Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim komando. Setiap tim diciptakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu lewat aktifitas dan interaksi bersama para anggota.
  3. Tim Horizontal. Tim horizontal terdiri atas karyawan – karyawan dari tingkat hierarkis yang hamper sama, tetapi dari bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim horizontal yang paling umum adalah angkatan tugas dan komite. 
  4. Tim dengan Tujuan Khusus. Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi formal untuk mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas khusus. Tim dengan tujuan khusus masih merupakan bagian dari organisasi formal dan memiliki struktur laporannya sendiri.
  5. Tim dengan Kepemimpinan Mandiri. Tim yang dibentuk dalam satu departemen yang sama dan anggotanya adalah karyawan untuk mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas, efisiensi dan lain-lain.
  6. Tim di Lingkungan Kerja yang Baru. Dua jenis tim yang semakin sering digunakan adalah tim virtual/maya dan tim global
    1. Tim virtual terdiri atas anggota – anggota yang tersebar secara geografis dan organisasional yang terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi. 
    2. Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota – anggota dengan kebangsaan yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau banyak Negara. Tim global dapat dibagi dalam dua kategori yaitu tim interkultiral yang para anggotanya berasal dari berbagai negara atau budaya yang berbeda dan bertemu dengan berhadapan secara langsung, dan tim global virtual yang para anggotanya tinggal di lokasi yang terpisah di seluruh penjuru dunia dan melaksanakan pekerjaan mereka dengan bantuan teknologi elektronik
3. Manfaat Membangun Teamwork
  1. Dengan adanya tim, sasaran yang realistik dapat ditentukan dan dicapai secara optimal
  2. Anggota tim dan pemimpin tim memiliki komitmen untuk saling mendukung satu sama lain agar tim bisa berhasil
  3. Anggota tim memahami prioritas anggota lainnya dan dapat saling membantu
  4. Komunikasi bersifat terbuka, diskusi cara kerja baru atau memperbaiki cara kerja
  5. Pemecahan masalah lebih efektif karena kemampuan tim lebih memadai
  6. Umpan balik tim lebih memadai karena anggota tim mengetahui apa yang diharapkan
  7. Konflik diterima sebagai hal yang wajar, dan dianggap sebagai kesempatan untuk memcahkan masalah
  8. Keseimbangan tercapainnya produktivitas tim dengan pemenuhan kebutuhan pribadi
  9. Tim dihargai atas hasil yang sangat baik, dan setiap anggota dipuji atas kontribusi pribadinya
  10. Anggota kelompok termotivasi untuk mengeluarkan ide-de nya dan mengujinya serta menularkan dan mengembangkan potensi dirinya secara maksimalkan
  11. Anggota kelompok menyadari pentingnya disiplin sebagai kebiasaan kerja dan menyesuaikan perilakunya untuk mencapai standard kelompok
  12. Anggota kelompok lebih berprestasi dalam bekerjasama dalam tim dan dengan tim lainnya
B. Meningkatkan Kemampuan Interpersonal

Kemampuan interpersonal adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia mampu berinteraksi sosial dengan sesamanya. Interpersonal skill juga berarti kecakapan atau keterampilan yang dimiliki oleh seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, baik dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal dengan tujuan untuk mengembangkan kerja secara optimal. Interpersonal skill meliputi seluruh tindakan kemanusiaan yang menghargai tubuh, fikiran dan jiwa orang lain, dalam hal melihat dengan senyum dan keramah tamahan, mendengarkan dengan empati, dan memberikan respon dengan penuh kasih sayang.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hubungan antarpribadi seseorang. Empat faktor penting yang mempengaruhi kualitas interpersonal seseorang:
  1. persepsi interpersonal seseorang
  2. konsep diri
  3. atraksi interpersonal
  4. hubungan interpersonal itu sendiri
Disamping itu, keterampilan seseorang dalam membangun komunikasi verbal dan non verbal juga memberikan pengaruh terhadap kualitas hubungan antarpribadi seseorang , Sedangkan dalam dimensi emosionalitas, kecerdasan emosi seseorang justru memberikan pengaruh yang sangat besar, dibandingkan kecerdasan intelektual, terhadap keberhasilan seseorang dalam karirnya, termasuk keberhasilan sebagai seorang pemimpin.

Jadi Interpersonal skill adalah suatu keterampilan yang didapatkan melalui lingkungan sekitar, bukan bawaan lahir atau keturunan dari orangtua, Keterampilan ini bisa dipelajari, namun tidak bisa instant dalam meningkatkan skill jenis ini. Interpersonl skill termasuk dalam soft skill, yaitu keterampilan personal yang bersifat non-teknis, seperti kemampuan sebagai pendengar yang baik, negosiator, atau pun berkomunikasi yang baik dengan orang lain.

Kemampuan Interpersonal meliputi :
  • Communication skills
  • Relationship building
  • Motivation skills
  • Leadership skills
  • Self-marketing skills
  • Negotiation skills
  • Presentation skills
  • Public speaking skills
Cara meningkatkan interpersonal skill pada diri kita.
  1. Tersenyum, Sedikit orang yang ingin berada di sekitar seseorang yang selalu terlihat tak bahagia. Lakukan yang terbaik untuk menjadi seseorang yang friendly dan antusias. Bangun sikap positif dan ceria mengenai pekerjaan dan mengenai kehidupan. Energi positif yang di pancarkan akan menarik perhatian orang lain.
  2. Jadilah apresiatif, carilah satu hal positif tentang setiap orang yang bekerja sama dan biarlah mereka mendengarnya. Jadilah murah hati dengan pujian dan kata-kata yang mengobarkan semangat
  3. Perhatikanlah orang lain, cermatilah apa yang sedang terjadi dalam kehidupan orang lain. Ketahuilah momen-momen bahagia mereka, dan tunjukkanlah perhatian dan simpati pada situasi-situasi sulit seperti waktu sakit atau kematian. Buatlah eye contact dan ingatlah orang dari nama pertama mereka. Tanyakan yang lain akan opini-opini mereka.
  4. Latihlah mendengarkan dengan aktif, untuk mendengarkan dengan aktif adalah dengan mendemonstrasikan bahwa ingin untuk mendengar dan mengerti akan pandangan orang lain. Itu berarti menegaskan kembali, dengan bahasa sendiri, apa yang orang lain telah katakan. Dengan cara ini, dapat mengetahui dan mengerti apa yang mereka maksudkan 
  5. Bawalah kebersamaan, Ciptakanlah lingkungan yang mengajak orang lain untuk bekerja sama. Perlakukanlah setiap orang dengan sama, dan jangan bermain `siapa yang favorit.` Hindari berbicara tentang orang lain di belakang mereka. Tindak lanjutkan apa yang orang lain sarankan atau minta.
  6. Tangani konflik-konflik, Ambillah sebuah langkah mudah untuk membawa kebersamaan, dan menjadi seseorang yang menangani konflik-konflik ketika akan terjadi. Pelajari bagaimana menjadi mediator yang efektif. 
  7. Berkomunikasi dengan jelas, Perhatikanlah sesuatu yang akan dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Kelancaran verbal memproyeksikan gambaran akan intelijensi dan kedewasaan, tidak peduli berapa pun usia.
  8. Hiburlah mereka, janganlah takut untuk menjadi sedikit humoris ataupun pandai. Banyak orang yang mau berada di dekat orang-orang yang bisa membuat mereka tertawa. Gunakanlah rasa humor sebagai alat efektif untuk menurunkan batas dan menghimpun perhatian orang.
  9. Empati berarti menjadi mampu untuk menaruh diri anda dalam keadaan orang lain dan mengerti apa yang mereka rasakan. Cobalah untuk melihat situasi dan respon-respon dari perspektif orang lain. Ini bisa terjadi dengan tetap berhubungan dengan emosi-emosi sendiri 
  10. Jangan mengeluh, tidak ada yang lebih buruk dibandingkan seorang pengeluh yang kronis ataupun perengek. Jika harus mengemukakan tentang sesuatu, simpanlah itu dalam buku harian. Jika harus mengungkapkan dengan kata-kata keluhan-keluhan, ungkapkan kepada teman terdekat dan keluarga saja, dan jadikanlah singkat.
Faktor Dalam Menumbuhkan Kemamapuan Interpersonal :
  1. Ketahanan pribadi : pantang menyerah , motivasi tinggi dan tahan terhadap beban pekerjaan , sistematis dan karakter yang gigih
  2. Ekstraversi : ketrampilan membina hubungan dan komunikasi yang efektif , pandai bergaul
  3. Keramahan : sikap ramah , rendah hati , tidak mau menunjukan kelebihan
  4. Emosi stabil : tenang , tidak mudah marah
  5. Keterbukaan terhadap pengalaman : punya daya fikir yang imajinasif
Manfaat yang didapat jika mempunyai kemampuan interpersonal :
  1. Menjadikan diri lebih percaya diri dari sebelumnya
  2. Mendapatkan banyak teman.
  3. Sering mendapatkan tawaran untuk menjadi pemimpin di beberapa organisasi.
  4. Dapat mengatur emosi dengan lebih baik dari sebelumnya.
  5. Dapat dengan lebih mudah memcahkan masalah.
  6. Dapat melakukan komunikasi lebih baik
  7. Berani menyampaikan pendapat.
  8. Berani berbicara di depan umum.
  9. Berani bernegosiasi dengan cara yang lebih baik
  10. Lebih dapat menghargai dan dihargai
C. Potensi Tim

Potensi tim secara umum yaitu kemampuan dan keahlian unik mereka yang bebas dari berbagai pembelajaran akademis yang belum diaktualisasikan (misalnya kemampuan mengkoordinasi, kreatifitas, komunikatif). Beberapa potensi tim yang biasa dimiliki yaitu:
  1. Pencipta-pembaharu (creator-inovator) Orang yang mempunyai imajinatif tinggi baik dalam memprakarsai gagasan atau konsep, dengan ciri tidak tergantung, suka bekerja sendiri, cara dan gaya kerja tersendiri, pengaturan waktu menurut selera mereka sendiri.
  2. Penjelajah-promotor (Explorer-promoter) Orang dalam kelompok ini senang mengambil gagasan baru dan memperjuangkan kasus, menemukan sumberdaya untuk mempromosikan gagasannya. Kelemahan orang dalam kelompok ini: tidak selalu sabar dalam mengendalikan ketrampilan untuk memastikan gagasan ditindaklanjuti secara rinci.
  3. Penilai-pengembang (assessor-developer) Individu dalam kelompok ini mempunyai ketrampilan analisis yang kuat, paling baik jika mereka diberi kesempatan untuk mengevaluasi dan menganalisis sebelum diambil suatu keputusan.
  4. Pendorong-pengorganisasi (Thruster-organizer) Individu dalam kelompok ini suka menyusun prosedur operasi untuk mengubah gagasan menjadi kenyataan dan menyelesaikan urusan, mereka menentukan tujuan, menegakan rencana, mengorganisasi orang, dan menegakan sistem untuk menjamin dipatuhinya batas waktu (deadlines).
  5. Penyimpul-penghasil (Concluder-producer) Individu dalam kelompok ini peduli akan hasil, peran mereka memfokuskan pada diataatinya batas waktu dan memastikan bahwa semua komitmen ditindak lanjuti. Mereka bangga akan hasil keluaran secara teratur dan sesuai standar.
  6. Pengawas-pemeriksa (controller-Inspector) Individu dalam kelompok ini sangat mempedulikan penegakan dan mempedulikan penegakan dan memperkuat aturan dan prosedur. Mereka menguji rincian dan memastikan agar menghindari ketidaktepatan, mereka mengecek semua fakta dan angka, mereka menginginkan semua hal lengkap dan sempurna.
  7. Pemerkuat-penasehat (upholder-maintainer) Pemerkuat-pemelihara penting, karena memberi kemamntapan Tim. mereka akan membela dan bertempur demi tim melawan orang luar.
  8. Pelapor-penasehat (reporter-adviser) Individu dalam kelompok ini mendengarkan dengan baik, dan cenderung tdak menekankan titik pandangnya kepada orang lain. Mereka cenderung mendapatkan informasi sebelum mengambil keputusan.
  9. Penaut (linker) Peran ini tumpang tindih dengan yang lain, peran ini dapat dimainkan oleh peran-peran sebelumnya. Penaut mencoba memahami semua pandangan, mereka sebagai koordinator dan integrator, mereka tidak menyukai ekstriman, mereka mencoba membina kerja sama di antara semua anggota tim, mereka memadukan sumbangan anggota tim dan aktivitas meskipun mungkin ada perbedaan.
D. Organisasi Pembelajar

1. Pengertian Organisasi Pembelajar

Secara umum, konsep learning organization dapat diartikan sebagai kemampuan suatu organisasi untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul.

Organisasi belajar adalah oraganisasi dimana orang-orang secara terus menerus memperbesar kapasitasnya untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola berpikir yang ekspansif dan baru terpelihara dengan baik, dimana aspirasi kolektif terwadahi, dan dimana orang terus menerus belajar melihat keseluruhan secara bersama-sama. Dasar pemikiran organisasi semacam itu adalah dalam situasi perubahan yang sangat cepat hanya organisasi yang fleksibel, adaptif, dan produktif yang akan unggul. Agar ini terjadi, organisasi perlu menemukan bagaimana memberi jalan kepada munculnya komitmen dan kapasitas orang untuk bisa belajar disemua level. Bagi sebuah oraganisasi belajar, “belajar adaptasi” harus digabungkan dengan “belajar memproduksi”, pembelajaran yang bisa memperbaiki kapasitas kita dalam mencipta.

Organisasi belajar yang dikemukakan oleh Peter Senge dikenal dengan The Fith Dicipline yaitu :
  1. Sistem berpikir (System Thinking). Suatu pandangan cemerlang Peter Senge adalah cara dimana ia menempatkan teori sistem untuk bekerja. Berpikir sistemik adalah landasan konseptual (The Fifth Discipline) dari pendekatannya. Ini merupakan disiplin yang mengintegrasikan orang lain, menggabungkan mereka menjadi suatu tubuh yang koheren antara teori dan praktek. Kemampuan sistem teori untuk memahami dan mengatasi keseluruhan, dan untuk memeriksa keterkaitan antara bagian-bagian yang menyediakan, baik insentif dan sarana untuk mengintegrasikan disiplin ilmu. 
  2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery). Organisasi pembelajar hanya terjadi melalui individu yang belajar. Pembelajaran individu tidak menjamin pembelajaran organisasi. Tapi tanpa itu tidak terjadi pembelajaran organisasi. Penguasaan pribadi adalah disiplin terus memperjelas dan memperdalam visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas obyektif. Melampaui kompetensi dan keterampilan, meskipun melibatkan mereka. Melampaui pembukaan rohani, meskipun melibatkan pertumbuhan rohani. Penguasaan dipandang sebagai jenis khusus dari kemahiran. Orang dengan penguasaan pribadi tingkat tinggi hidup dalam modus belajar terus menerus. Penguasaan pribadi ini adalah sebuah proses, disiplin seumur hidup. Orang dengan penguasaan pribadi tingkat tinggi sangat sadar akan kebodohan mereka, ketidakmampuan mereka, daerah pertumbuhan mereka. Namun mereka sangat percaya diri.
  3. Model Mental (Mental Models). Ini adalah ‘asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar dan gambar yang mempengaruhi bagaimana cara memahami dunia dan bagaimana cara mengambil tindakan. Disiplin model mental dimulai dengan memutar cermin diri, belajar untuk menggali gambar internal dari dunia, untuk membawa mereka ke permukaan dan menahan mereka secara ketat untuk pemeriksaan. Hal ini juga termasuk kemampuan untuk melakukan ‘learningful’, di mana orang mengungkapkan pemikiran mereka sendiri secara efektif dan membuat berpikir terbuka terhadap pengaruh orang lain. Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas untuk bekerja dengan model mental maka akan diperlukan bagi orang untuk belajar keterampilan baru dan mengembangkan orientasi baru, dan untuk mereka untuk menjadi perubahan institusional yang mendorong perubahan tersebut. ‘Mental model yang sudah berdiri kuat menggagalkan perubahan yang dapat berasal dari sistem pemikiran.
  4. Penjabaran Visi Bersama (Shared Vision). Organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi organsasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain perbedaan latar belakang, organisasi juga memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam organisasi. Visi menyebar karena ada proses penguatan. Ada peningkatan kejelasan, antusiasme dan komitmen yang menular pada orang lain dalam organisasi.
  5. Tim Belajar (Team Learning). Pembelajaran dapat dianggap sebagai ‘proses menyelaraskan dan mengembangkan kapasitas tim untuk menciptakan hasil yang anggotanya sungguh-sungguh menginginkannya. Ini didasarkan pada penguasaan pribadi dan visi bersama – tetapi ini tidak cukup. Orang harus mampu untuk bertindak bersama-sama. Ketika tim belajar bersama, Peter Senge menunjukkan, tidak hanya akan ada hasil yang baik bagi organisasi, anggota akan tumbuh lebih cepat dari yang bisa saja terjadi sebaliknya. Disiplin belajar tim dimulai dengan ‘dialog’, kapasitas anggota tim untuk menangguhkan asumsi dan masuk ke dalam suatu kesatuan berpikir bersama.
Stephen Robbins, mengemukakan bahwa organisasi belajar diperlukan bagi manajemen untuk mengembangkan kapasitas organisasi secara berkesinambungan untuk menyesuaikan diri dan melakukan perubahan. Organisasi belajar mendorong para manajer terus berupaya meningkatkan kemampuan baik individual maupun kelompok, untuk berpikir dan berperilaku kreatif dan mengoptimalkan potensinya melalui pembelajaran. Organisasi belajar dapat mendorong para manajer terus berupaya meningkatkan kemampuan baik individual maupun kelompok, untuk berpikir dan berperilaku kreatif dan mengoptimalkan potensinya melalui pembelajaran. Dengan terjadinya proses pembelajaran berarti para manajer memotivasi dan memampukan para karyawan untuk mengambil keputusan serta terus menerus guna meningkatkan efektivitas organisasi.

2. Karakteristik Organisasi Pembelajar

Karakteristik dari organisasi pembelajaran adalah keyakinan bahwa individu akan proaktif untuk meningkatkan keinginan diri, berusaha maju dan terus belajar dengan menciptakan iklim organisasi yang terbuka dan arus informasi yang jelas. Kondisi ini nantinya akan menghasilkan proses yang terus berkesinambungan dengan tetap mengacu pada kondisi internal organisasi yang pada akhirnya mengacu pada kondisi dan tuntutan eksternal di luar organisasi.

3. Ruang Lingkup Organisasi Pembelajar

Learning Organization meliputi adanya perkembangan yang berkelanjutan dan penyesuaian terhadap perubahan yang ada dan mampu menciptakan tujuan dan/atau pendekatan yang baru. Pembelajaran ini harus menyatu pada cara organisasi menjalankan kegiatannya. Pembelajaran dalam hal ini berarti:
  1. Bagian dari kegiatan kerja sehari-hari.
  2. Diterapkan pada individu, unit kerja dan perusahaan.
  3. Bersifat mampu memecahkan masalah pada akar penyebabnya.
  4. Fokus pada tersebarnya pengetahuan di seluruh stuktur organisasi
  5. Digerakkan oleh kesempatan untuk mendapatkan perubahan yang signifikan dan mengerjakan dengan lebih baik.
4. Proses Organisasi Pembelajar

Prof. Jann Hidajat Tjakraatmadja, memberikan pandangan mengenai tiga gelombang "pembelajaran" (learning).
  1. Pada gelombang pertama, organisasi dan perusahaan berkonsentrasi pada peningkatan proses kerja (improve work process). Dalam fase ini, munculah konsep "kaizen", TQM, dan konsep-konsep lain yang berbasiskan pada mengatasi hambatan dan batasan.
  2. Selanjutnya, fase kedua memfokuskan pada peningkatan mengenai bagaimana cara bekerja (improve how to work). Fase ini banyak berkutat pada improvisasi cara berpikir dan pembelajaran mengenai masalah-masalah sistem yang dinamis, kompleks, dan mengandung konflik.
  3. Pada gelombang ketiga, konsep pembelajaran benar-benar tertanam dalam organisasi sebagai cara pandang dan berpikir para pimpinan dan juga pekerja.
5. Tipe Organisasi Pembelajar

Organisasi Belajar lebih dari sekedar pelatihan (training). Pelatihan membantu seseorang mengembangkan ketrampilan dalam bidang tertentu, sedangkan organisasi belajar mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan pada tingkat yang lebih tinggi. Ada 4 tipe pembelajaran yang dikembangkan dalam organisasi belajar, yaitu :
  1. Mempelajari fakta-fakta, pengetahuan, proses, dan prosedur. Diaplikasikan pada situasi buruk yang telah diketahui.
  2. Mempelajari ketrampilan kerja baru yang bisa ditransfer ke situasi lain. Diaplikasikan pada situasi baru yang memerlukan perubahan. Membawa pakar dari luar organisasi merupakan cara yang bermanfaat.
  3. Belajar beradaptasi. Diaplikasikan pada situasi yang lebih dinamis, di mana perlu dikembangkan cara pemecahan masalah. Percobaan (eksperimen), dan menarik pelajaran dari kegagalan dan keberhasilan organisasi lain merupakan cara pembelajaran yang tepat.
  4. Belajar mempelajari sesuatu. Di sini kita bicarakan inovasi dan kreativitas; merancang masa depan, tidak sekedar beradaptasi. Jika organisasi sudah mencapai tingkat ini maka yang dijadikan sasaran tidak hanya pada organisasi, melainkan juga pada semangat industrial. Keempat tipe pembelajaran tersebut dapat diaplikasikan ke tiga tingkat peserta belajar : INDIVIDU – KELOMPOK – ORGANISASI
6. Hambatan Organisasi Pembelajar

Hambatan-hambatan organisasi pembelajaran dapat berasal dari
  1. Individu. Hambatan individu diantaranya:
    1. adanya anggapan umum pengetahuan adalah kekuatan. Dengan berbagi pengetahuan berarti ada kekuatan yang akan hilang dan diambil oleh orang lain.
    2. Adanya paradigma jika berasal dari orang lain, maka saya tidak akan menerima. Mental not invented here menjadi penghambat yang besar ketika segala sesuatu dari luar dianggap tidak perlu dipelajari atau diikuti meskipun baik.
    3. Tidak menyadari betapa pentingnya proses berbagai (sharing) dalam pembelajaran,
    4. Keterbatasan waktu,
    5. Merasa sudah berada di zona nyaman (comfort zone) sehingga malas untuk belajar atau berubah.
  2. Organisasi. Hambatan organisasi diantaranya:
    1. Kurangnya dukungan dari 
    2. Budaya organisasi yang tidak bersahabat dengan proses pembelajaran
    3. Kegiatan belajar bukan merupakan cara kerja organisasi.
E. Perkembangan Tim

Tahap Perkembangan Teamwork

Ada empat tahap perkembangan tim, yaitu :
  1. Undevelopment. Tahap undevelopment ini adalah tahap yang paling sering dijumpai pada suatu organisasi. Salah satu ciri dari tahap ini adalah :
    1. Terlihat sekelompok orang mengerjakan suatu tugas tetetapi mereka tidak bersepakat tentang bagaimana seharusnya mereka bekerja.
    2. Tidak melibatkan perasaan individu karena dianggap tidak pada tempatnya untuk membicarakan perasaan orang lain secara terbuka. 
  2. Experimenting. Tahap ini dimulai ketika tim secara bersungguh-sungguh mulai meninjau ulang metode operasional yang berlaku selama ini. Pada tahap Experimenting, tim berkemauan untuk melakukan eksperimen dan uji coba. Mereka berani menghadapi berbagai kemungkinan dengan memasuki daerah yang belum dikenal. Pada tahap perkembangan ini, bahwa berbagai masalah dihadapi dan dibahas secara lebih terbuka serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang lebih luas sebelum membuat suatu keputusan. Contohnya yaitu, suatu permasalahan pribadi dibicarakan secara terbuka, perasaan individu dipertimbangkan dan diselesaikan sampai tuntas.
  3. Consolidating. Setelah berhasil menyelesaikan masalah antar pribadi di tahap 2, tim mulai memiliki kepercayaan diri, keterbukaan dan dipercaya untuk mencoba cara kerjanya. Bukti nyata dari tahap ini adalah cara untuk mencapai suatu keputusan, yaitu adanya kejelasan tujuan dari aktivitas atau tugas, adanya penetapan sasaran, pengumpulan informasi yang dibutuhkan, adanya kemauan memikirkan kemungkinan yang ada pada tim, adanya perencanaan rinci mengenai apa yang harus dilakukan, kemauan meninjau kembali hasil kerja dan menggunakannya sebagai dasar untuk memperbaiki cara kerja di masa yang akan datang. 
  4. Mature. Setelah mengetahui penjelasan dari tahap 3, maka tersusunlah dasar bagi terbentuknya suatu tim yang matang. Keterbukaan, kepedulian dan peningkatan hubungan pribadi pada tahap 2 serta pendekatan yang sistematik dari tahap 3 merupakan modal dasar bagi terbentuknya tim yang benar-benar matang. Fleksibilitas menjadi hal yang utama, karena setiap kebutuhan memiliki prosedur kerja yang berbeda. Saling percaya, keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan konfrontasi maupun review berkala terhadap hasil kerja, menjadi gaya hidup tim.
Tingkat Perkembangan Tim : 
  1. Pembentukan. Tingkat pembentukan adalah periode orientasi dan perkenalan. Selama tigkat pembentukan ini, pemimpin tim harus memberikan waktu bgi para anggota untuk mengenal satu sama lain dan mendorong mereka terlibat dalam diskusi informal dan social.
  2. Prahara. Selama tingkat prahara kepribadian individual muncul. Tingkat ini ditandai oleh konflik dan perselisihan pendapat.
  3. Penetuan norma. Selama tingkat penentuan norma, konflik konflik diselesaikan, dan keharmonisan serta kesatuan tim muncul. konsensus terwujud pada siapa yang memiliki kekuasaan, siapa pemimpinnya, dan peran – peran para anggota.
  4. Pelaksanaan. Selama tingkat pelaksanaan, penekanan utama ada pada pemecahan masalah dan penyelesaian tugas yang diberikan. Selama tingkat ini pemimpin harus berkonsentrasi terhadap pelaksanaan kinerja tugas yang tinggi. Spesialis sosioemosional dan spesialis tugas harus memberikan kontribusi.
  5. Pembubaran. Tingkat pembubaran muncul dalam komite, angkatan tugas, dan tim yang memiliki tugas yang terbatas untuk dikerjakan dan dibubarkan setelahnya. Pada saat ini, pemimpin berharap untuk memberitahukan pembubaran tim dengan suatu ritual atau upacara, barangkali memberikan piagam dan penghargaan untuk menandakan penutupan dan kelengkapan.
Tahap Pertumbuhan Tim :
  1. Tahap Forming (Pembentukan)
    1. ada rasa optimis, pesimis, takut, was-was, khawatir
    2. himpun informasi, identifikasi masalah, sulit problem solving, ragu terhadap fungsi tim
  2. Tahap Storming (Gejolak)
    1. ragu pada kemampuan
    2. mengeluh pada beban kerja
    3. defensif(saling menyalahkan)
    4. kompetisi (timbull ketegangan)
    5. saling beragumentasi terhadap kesalahan
  3. Tahap Norming
    1. rekonsiliasi dan menerima pedapat orang lain
    2. konflik terkendali
    3. ada saran konstruktif
    4. kerja lancar dan harmonis
    5. sense of the togetherness
    6. kerjasama solid
  4. Tahap Reforming
    1. tim jadi matang
    2. ada perbaikan-perbaikan
    3. fungsi manajemen POAC berjalan
    4. suasana kerja kondusif
    5. anggota tim tahu hak (kewajiban)
    6. kerja trampil (produktif)
F. Kohesi
  1. Hubungan antar pimpinan. Hubungan antara pimpinan sangat diperlukan dalam membangun hubungan harmonis antar pemimpin demi kerjasama karena biasanya ada hubungan antar kegiatan yang dikerjakan agar dapat saling menguntungkan satu sama lain.
  2. Hubungan pimpinan dengan staf. Interpersonal Skill sangat bermanfaat dalam membangun komunikasi dan kerjasama antara pimpinan dengan bawahannya. Pimpinan harus tahu dengan baik kondisi bawahannya agar dapat mengetahui persis kinerja stafnya. Selain itu Pemimpin juga harus mampu memotivasi dan memberi tauladan yang baik kepada bawahannya sehingga tidak ada keseanjangan antara pimpinan dengan bawahannya.
  3. Hubungan antar staf pelayanan. Hubungan yang harmonis dapat diciptakan melalui komunikasi antar staf dalam tim kerja karena pada hakekatnya harus ada kesenambungan antar staf agar dapat membangun hubungan yang harmonis. Oleh sebab itu staf harus dibekali interpersonal skill agar mampu bekerjasama antar staf dan tujuan bersama pun tercapai.
  4. Hubungan staf pelayanan dengan warga penerima layanan. Keterampilan berkomunikasi sangat membantu staf pelayanan dengan warga penerima layanan karena pada hakekatnya keduanya saling membutuhkan dan bergantung satu sama lain. Staf dapat memasarkan produknya dengan baik kepada masyarakat jika dia mempunyai kecakapan atau ketrampilan dalam berkomunikasi. Sehingga dia harus mampu mengkomunikasikan produknya kepada masyarakat agar masyarakat percaya dan membeli produknya.
  5. Hubungan antar sesama penerima layanan. Hubungan antar penerima layanan juga dapat dibangun dengan bekal interpersonal skill agar tidak ada kesalah pahaman dalam komunikasi.
Faktor – faktor yang menentukan kekompakan tim : 
  1. Interaksi tim. Hubungan yang lebih baik antara anggota tim dan semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama, semakin kompak tim tersebut. 
  2. Konsep tujuan yang sama. Anggota tim sepakat dengan tujuan dan menjadikan lebih kompak 
  3. ketertarikan pribadi terhadap tim. Para anggota memiliki sikap dan nilai yang serupa dan senang berkumpul.
G. Norma Tim

Norma tim adalah standar perilaku yang sama – sama dimiliki oleh para anggota tim dan membimbing perilaku mereka. Norma bersifat informal. Norma juga tidak tertulis, seperti halnya peraturan dan prosedur Norma mengidentifikasikan nilai – nilai utama, mengklarifikasi harapan – harapan peran, dan memudahkan kelangsungan hidup tim. Norma yang relevan dengan perilaku sehari – hari dan hasil kerja serta kinerja karyawan secara berangsur –angsur berkembang.

Beberapa cara berkembangnya norma tim yang lazim untuk mengendalikan dan mengarahkan perilaku yaitu : 
  1. Peristiwa penting. Peristiwa penting dalam sejarah tim membangun teladan yang penting. 
  2. Keunggulan. Keunggulan berarti bahwa perilaku pertama yang muncul dalam tim sering kali menentukan teladan untuk harapan – harapan tim nantinya.
  3. Perilaku pembawaan. Perilaku pembawaan menghadirkan norma – norma ke dalam tim dari luar. 
  4. Pernyataan yang eksplisit. Dengan pernyataan yang eksplisit, para pemimpin atau para anggota tim dapat memprakarsai norma–norma dengan mengungkapkannya pada tim.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Fungsi dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam tim yaitu untuk pengambilan keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim agar anggota memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara efesiensi dan efektif. Interpersonal skill adalah bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain dalam suatu lingkup sosial. Menghormati orang lain, menjalin kerjasama yang baik dengan orang lain, mengungkapkan pemikiran, perasaan, atau pun harapan kepada orang lain dengan cara yang baik tanpa merugikan orang lain, dapat menggambarkan seberapa baik interpersonal yang dimiliki seseorang.

B. Saran

Setelah memahami tentang kerjasama tim dan kemampuan interpersonal diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari dan juga agar lebih mengerti tentang pentingnya hidup dengan saling bekerja sama. Dalam makalah ini, masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu penulis meminta kritik dan sarannya dari pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah selanjutnya..


DAFTAR PUSTAKA
  • http://managementfile.com/journal.php?id=211&sub=journal&page=strategic Diakses pada tanggal 24 september 2018
  • http://kemampuan-interpersonal Ayu, Komang. 2016. Pentingnya Soft Skill. html Diakses pada tanggal 24 september 2018.
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Interpersonal_skills Diakses pada tanggal 24 september 2018. http://ririndwi19.blogspot.com/2016/manfaat-dan-tujuan-bekerja-dalam-tim.html Diakses pada tanggal 24 september 2018
  • http://www.leadership-park.com/new/more-about-u/tahap-tahap-perkembangan-tim.html Diakses pada tanggal 24 september 2018
  • Kurniasih, Yuni & Anggorowati, 2017, Keterampilan Interpersonal: Upaya Menciptakan Komunikasi Efektif, Journal of Health Studies, Vol. 1, No. 1
  • M, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
  • N, Wexley, Kenneth, dkk. 2003. Perilaku Organisasi Dan Psikologi Personalia. Jakarta: Rineka Cipta.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »


EmoticonEmoticon