Beberapa asumsi mengenai lahirnya tasawuf

MAKALAH

Akhlak Tasawuf

Pengertian Tasawuf,beberapa asumsi mengenai lahirnya tasawuf ( unsur Nasrani,unsur Hindu/Budha,unsur Filsafat,unsur Persia dan unsur Arab/Islam).



Di susun Oleh :

Kelompok 6

- Lega Anattri
- Intan Purnama Sari


Dosen Pengampu :
HEDI RUSMAN,MA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya sehingga makalah Akhlak Tasawuf ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca,untuk kedepan nya memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari di dalam Makalah Akhlak Tasawuf ini jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.Akhir kata kami mengharapkan Makalah Akhlak Tasawuf ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Sungai Penuh, Oktober 2018
Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
B. Beberapa asumsi mengenai lahirnya tasawuf

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf yang sering kita temui dalam khazanah dunia Islam, dari segi sumber perkembanganya, ternyata memunculkan pro dan kontra, baik di kalangan muslim maupun di kalangan non muslim. Mereka yang kontra menganggap bahwa tasawuf Islam merupakan sebuah paham yang bersumber dari agama-agama lain. Pandangan ini kebanyakan diwakili oleh para orientalis dan orang-orang yang banyak terpengaruh oleh kalangan orientalis ini.

Para orientalis dan sebagian orang yang menulis tentang tasawuf Islam berusaha untuk mengembalikan kehidupan rohani sufi dalam Islam pada sumber-sumber asing, di samping Al-Qur’an dan kehidupan Rasulullah SAW. Dari latar belakang maka disini penulis akan menjelaskan makalah yang berjudul tentang pengertian serta beberapa asumsi mengenai lahirnya tasawuf secara lengkap dan jelas agar mudah dipahami oleh kita semua dalam menuntut ilmu.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa Definisi atau Pengertian Tasawuf ?
  2. Ada berapa asumsi mengenai lahirnya Tasawuf ?
  3. Bagaimana Sejarah Kemunculan Tasawuf ?
  4. Bagaimana Unsur Islam terhadap Tasawuf ?
C. Tujuan Penulisan

Memberikan Penjelasan Tasawuf dan Mengenai lahirnya Tasawuf dalam islam.Agar Mahasiswa mampu mengetahui apa pengertian tasawuf dan bagaimana munculnya tasawuf.

D. Manfaat Penulisan

Untuk mengetahui tujuan mempelajari akhlak tasawuf,pengertian tasawuf dan ruang lingkup dari tasawuf. 


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Tasawuf dan Beberapa Asumsi Mengenai Lahirnya Tasawuf

A. Pengertian Tasawuf

Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung – hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf.Harun Nasution,Misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan tasawuf,yaitu al – suffah (ahl al – suffah),(orang yang ikut pindah dengan Nabi dari mekkah ke madinah),saf (barisan),sufi (suci),sophos (bahasa Yunani:hikmat),dan suf (kain wol).Keseluruhan kata ini bisa – bisa saja dihubungkan dengan tasawuf.Kata ahl al – suffah (orang yang ikut pindah dengan nabi dari mekkah ke madinah) misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa raganya,harta benda dan lain sebagainya hanya untuk Allah.mereka ini rela meninggalkan kampung halamannya,rumah,kekayaan dan harta benda lainnya di mekkah untuk hijrah bersama nabi ke madinah.tanpa ada unsur iman dan kecintaan pada Allah,tak mungkin mereka melakukan hal yang demikian.Selanjutnya kata saf juga menggambarkan orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan.Demikian pula kata sufi (suci) menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat,dan kata suf (kain wol) menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia.dan kata sophos (bahasa yunani) menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran.

Dari segi Linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,beribadah,hidup sederhana,rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.

Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing – masing.selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf,yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas,manusia sebagai makhluk yang harus berjuang,dan manusia sebagai makhluk yang bertuhan.jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas,maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia,dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.

Selanjutnya jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang harus berjuang,maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.dan jika sudut pandang yang digunakan manusia sebagai makhluk yang bertuhan,maka tasawuf dapat di definisikan sebagai kesadaran fitrah (ketuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan – kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan tuhan.

Jika tiga definisi tasawuf tersebut di atas satu dan lainnya di hubungkan,maka segera tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia,sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT.dengan kata lain,tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan tuhan.inilah esensi atau hakikat tasawuf.

B. Asumsi Mengenai Lahirnya Tasawuf

Unsur Nasrani (Kristen)

Bagi mereka yang beranggapan bahwa tasawuf berasal dari unsur Nasrani, mendasarkan argumentasinya pada dua hal diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Adanya interaksi antara orang Arab dan Kaum Nasrani pada masa jahiliyah maupun Zaman Islam.
  2. Adanya segi-segi kesamaan antara kehidupan para asketis atau sufi dalam hal ajaran cara mereka melatih jiwa (riyadhah) dan mengasingkan diri (khalwat) dengan kehidupan Al-Masih dan ajaran-ajarannya serta dengan para rahib ketika sembahnyang dan berpakaian
Dalam literatur Arab memang terdapat tulisan-tulisan tentang rahib-rahib yang mengasingkan diri di Padang Pasir Arabia. Lampu yang mereka pasang di malam hari menjadi petunjuk jalan bagi kafilah-kafilah yang lewat. Kemah mereka yang sederhana menjadi tempat berlindung bagi orang yang kemalaman, dan mereka memberikan makanan bagi musafir yang kelaparan.

Atas dasar hal ini, ada yang mengatakan bahwa zahid dan sufi Islam ketika meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri serta dipengaruhi oleh cara hidup rahib-rahib kristen ini. Orang arab sangat menyukai cara kependekatan ketika mereka melakukan latihan dan ibadah. Noldicker mengatakan bahwa pakaian wol kasar (bulu domba) adalah milik agama Nasrani. Sementara itu, Nicholoson mengatakan bahwa istilah-istilah tasawuf berasal dari Nasrani. Ada pula yang berpendapat bahwa aliran tasawuf yang menekankan cinta ketuhanan berasal dari Nasrani, sesuai dengan kisah dialog Nabi Isa as. dengan sekelompok manusia yang bertemu dengannya.

Pokok-pokok ajaran Tasawuf yang diklaim berasal dari agama Nasrani antara lain:
  1. Sikap fakir. Al-Masih adalah fakir. Injil disampaikan kepada orang fakir sebagaimana kata Isa dalam Injil Matius.
  2. Tawakal kepada Allah dalam soal penghidupan. Para pendeta telah mengamalkan dalam sejarah hidupnya, sebagaimana dikatakan dalam Injil.
  3. Peranan Syeikh yang menyerupai pendeta. Perbedaanya pendapat dapat menghapuskan dosa.
  4. Selibasi yaitu menahan diri tidak menikah karena menikah dianggap dapat mengalihkan diri dari Tuhan.
  5. Penyaksian, bahwa sufi menyaksikan hakikat Allah dan mengadakan hubungan dengan Allah. Injil pun telah menerangkan terjadinya hubungan langsung dengan Tuhan.
Unsur Hindu-Budha

Tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu Budha memiliki persamaan, seperti sikap fakir. Darwis Al-Birawi mencatat adanya persamaan cara ibadah dan mujahadah pada tasawuf dan ajaran Hindu. Demikian juga pada paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan lain), cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan persamaan diri dengan jalan mengingat Allah. Orientalis lainnya, seperti Hartman et Horten, juga mengklaim bahwa tasawuf Islam sangat diwarnai dengan ajaran Hindu disamping ajaran agama mani, masehi, dan neo-platonisme. Klaim itu dilontarkannya pada tahun 1927 setelah ia mengkaji pemikiran tasawuf Al-Hallaj, AL-Busthami, dan Al-Junaid.

Namun Qamar Kailani dalam ulasannya tentang asal-usul tasawuf menolak pendapat mereka yang mengatakan tasawuf berasal dari ajaran Hindu-Budha. Menurutnya, pendapat ini terlalu ekstrim, kalau diterima Nabi Muhammad telah berkembang ajaran Hindu Budha ke Mekkah. Padahal sepanjang sejarah belum ada kesimpulan seperti itu.

Unsur Filsafat

Filsafat mistik Pythagoras berpendapat bahwa roh manusia itu bersifat kekal dan keberadaannya di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi roh. Kesenangan roh yang sebenarnya adalah di alam samawi, manusia harus membersihkan roh dengan meninggalkan hidup kemateriaan/kebendaan, yaitu dengan zuhud, untuk selanjutnya berkontempelasi/berkhalwat, inilah menurut pendapat sebagian orang yang mempengaruhi lahirnya tasawuf, terutama maqam zuhud dalam tasawuf Islam.(Lihat Asmaran dalam bukunya Pengantar Sudi Tasawuf.

Selain filsafat mistik Pythagoras, juga pengaruh filsafat emanasi Plotinus. Plotinus sebagai tokoh aliran filsafat Neo Plotinus, dikenal sebagai pembawa pham filsafat emanasi. Filsafat emanasi Plotinus ini mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Namun dengan masuknya roh ke alam materi, roh menjadi kotor dan untuk kembali ketempat asalnya (Tuhan), roh harus terlebih dahulu dibersihkan atau disucikan. Cara pembersihan dan pensucian roh ialah dengan meninggalkan dunia dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sedekat-dekatnya, bahkan kalau bisa bersatu (Ittihad) dengan Tuhan.

Ajaran Plotinus tersebut ada kemiripannya dengan apa yang diterapkan oleh para sufi. Para sufi senantiasa mensucikan diri dengan cara bertaubat dan selalu memperbanyak ibadah agar berada sedekat mungkin dengan sang Khalik. Malah dalam suatu aliran tasawuf, kedekatan dengan Tuhan jika bisa sampai bersatu dengan-Nya, seperti konsep Ittihad yang dimunculkan oleh tokoh sufi, Abu Yazid Al Bustami. Inilah yang dijadikan dasar bagi sebagian orang (Orientalist) yang mengatakan bahwa lahirnya tasawuf dalam Islam dipengaruhi oleh ajaran filsafat, terutama filsafat emanasi Plotinus.

Terhadap pendapat tersebut, Al-Taftazani berkomentar: “Cukup banyak orientalist yang berpendapat bahwa tasawuf Islam itu berasal dari tradisi pemikiran Yunani”.

Barangkali memang sulit untuk menolak secara menyeluruh akan adanya pengaruh pikiran filsafat Yunani terhadap tasawuf Islam. Lewat terjemahan dan kontak dengan pendeta-pendeta Nasrani, para sufi kemudian mengenal filsafat Yunani pada umumnya dan Neo Platonisme pada khususnya. Umat Islam memang pernah terpesona dan tertarik dengan filsafat Aristoletes dan diakui memang tidak sedikit buku-buku filsafat Yunani yang diterjemahkan oleh kaum muslimin ke dalam bahasa arab.

Unsur Yunani

Kebudayaan Yunani seperti filsafat, telah masuk ke dunia Islam pada akhir Daulah Amawiyah dan puncaknya pada masa Daulah Abbasiyah ketika berlangsung zaman penerjemahan filsafat Yunani. Dikalangan penerjemah ternama, terdapat seorang tabib Nastori (Kristen) bernama Jurjis bin Bakhtisy (George Bakhtishu, Wafat 771M). Khalifah Al-Mansur mengundangnya ke Yundi Shapur untuk dijadikan tabib pribadinya.

Disamping jabatan itu, ia juga aktif dalam kegiatan penerjemahan. Banyak penerjemah lain yang dikenal, seperti putera Bakhtisyu sendiri, yang bernama Isa bin Thakerbakh dan John bin Maserjawayh seorang tabib Suryani Yahudi bernama Qusta bin Luqa (Wafat 923 M).

Dengan kegiatan terjemahan itu, banyak buku-buku filsafat, di samping buku-buku lainnya, yang dipelajari umat Islam. Ini dapat diartikan sebagai proses pengenalan umat Islam pada metode berpikir yang filosofis. Metode-metode berpikir filsafat ini juga turut mempengaruhi pola pikir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Pada persoalan ini, boleh jadi tasawuf yang terkena pengaruh Yunani adalah tasawuf yang kemudian diklasifikasikan sebagai tasawuf yang bercorak filsafat. Hal ini dilihat dari pikiran Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, terutama dalam uraian tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian tasawuf dari Abu Yazid, Ibnu Arabi, Syukhrawardi, dan lain sebagainya.

Unsur Persia

Sebenarnya Arab dan Persia memiliki hubungan sejak lama, yang pada bidang politik, pemikiran kemasyarakatan dan sastra. Namun, belum di temukan argumentasi kuat yang menyatakan bahwa kehidupan kerohanian Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu terkenal sebagai ahli-ahli tasawuf.

Sejak zaman klasik, bahkan hingga saat ini, terkenal sebagai wilayah yang melahirkan sufi-sufi ternama. Dalam konsep ke fanaan diri dalam universalitas, misalnya salah seorang penganjurnya adalah seorang ahli mistik dari Persia, yakni Bayazid dari Bastam, yang telah menerima dari gurunya Abu Ali (dari Sind). Demikianlah, uraian yang mengetentangkan pendapat yang mengatakan bahwa asal-usul tasawuf bersumber dari luar Islam. Pendapat itu biasanya berasal dari kalangan orientis, karena paradigmanya hanya melihat bahkan mengidentikkan ajaran Islam dengan ajaran Non Islam.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf adalah ilmu yang bersumber dari ajaran Islam itu sendiri mengingat Nabi Muhammad dan para sahabatnya pun telah mempraktikannya. Hal ini dapat dilihat dari azas-azasnya yang banyak berlandaskan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri juga bahwa setelah berkembang menjadi aliran pemikiran (misalnya, tasawuf filsafat), tasawuf mendapat pengaruh dari budaya filsafat Yunani, Hindu, Persia dan Sebagainya.

Unsur Arab / Islam

Untuk melihat bagaimana tasawuf berasal dari dunia Islam, pelacakan terhadap sejarah munculnya tasawuf dapat dijadikan dasar argumentasi munculnya tasawuf di dunia Islam. Untuk itulah berikut ini akan diketengahkan sejarah tumbuh dan berkembangnya tasawuf di dunia Islam. Namung mengingat kehadiran Islam bermula dari daratan Arab, maka uraian tersebut tentang sejarah tasawuf itu pun bermula dari tanah Arab.

Untuk melacak sejarah perkembangan tasawuf, tidak hanya memperhatikan ketika tasawuf mulai dikaji sebagai sebuah ilmu melainkan sejak zaman Rasulullah SAW. Memang pada masa Rauslullah SAW. dan masa sebelum datangnya agama Islam istilah tasawuf itu belum ada. Istilah sufi itu sendiri baru pertama kali digunakan oleh Abu Hasyim, seorang Zahid dari Syria (wafat pada tahun 780 M). Pada masanya didirikan semacam padepokan sufi yang pertama. Disebutkan bahwa perjalanan tasawuf diibaratkan sebagai proses produksi anggur murni.

Selama masa Rasulullah hingga kekhalifahan Abu Bakar sampai Ali (599-661 M), selalu diadakan berbagai pertemuan yang menghasilkan sumpah atau janji setia dan praktik ibadah tasawuf. Pada tahun 657 M, Uways Al-Qaranini (wafat 657M) mengadakan pertemuan besar pertama kaum sufi. Untuk mengenang dan menghormati Nabi Muhammad yang kehilangan dua buah giginya di Perang Uhud, ia mencabut giginya sendiri dan mengajak segenap pengikutnya untuk melakukan hal serupa.

Dalam perjalanan sejarahnya, benih-benih tasawuf mulai mengkristal dan mulai terlihat pada seorang tabi’in bernama Hasan Al-Basri yang benar-benar mempraktikannya. Dimasa hidupnya, ini terkenal sebagai orang yang berpegang teguh pada Sunnah Rausl dalam menilai setiap masalah rohaniah. Ia mendasarkan pikirannya pada rasa takut kepada Allah, tetapi tidak terlepas dari rasa harap atas kasih Allah sehingga keseimbangan antara sikap takut dan harap selalu terwujud.


BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf adalah ilmu yang bersumber dari ajaran Islam itu sendiri mengingat Nabi Muhammad dan para sahabatnya pun telah mempraktikannya. Hal ini dapat dilihat dari azas-azasnya yang banyak berlandaskan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri juga bahwa setelah berkembang menjadi aliran pemikiran (misalnya, tasawuf filsafat), tasawuf mendapat pengaruh dari budaya filsafat Yunani, Hindu, Persia dan Sebagainya.

B. Saran

Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensi atau aspek spiritual dalam islam.Sebagian umat islam kita harus mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mensucikan hati sanubari dengan cara,yaitu tobat,zuhud,sabar,shaleh,tawakal,kerelaan (ridho), cinta dan ma’rifat. 


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qodir Al-Jailani, Koreksi Terhadap Ajaran Tasawuf, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996).
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Muhammad Yasir Syarf, Hakikat At-Tashawwuf Al-Islam, (Damsyik: Al-Hai’at Al-Misbriyyah Al-‘Ammah Li Al-Kitab, 1986).
Reynold A. Nicholoson, Reynold A. Nicholson, The Mystic of Islam, ter. Ahmad Nashir Budiman, “Tasawuf Menguak Cinta Illahi”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993).
Rosihan Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Filsafat, (Bandung: Pustaka Setia, 2004).
Usman Said, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, Agama Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, 1981).
Al – Raghib al – Ashfahani,Mu’jam Mufradat Alfadz al – Qur’an (Beirut:Dar al – Fikr,t.t),hlm.383.
Drs.Samsul Munir Amin,M.A,Ilmu Tasawuf,(Jakarta : imprint bumi aksara,2015).
Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A,Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,(Jakarta:Rajawali Pers,2013)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »


EmoticonEmoticon