Model pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mengajar siswa di depan kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membuat proses pembelajaran berjalan secara efektif serta dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar. Salah satu model pembelajaran yang baik yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran Inquiry.
Model pembelajaran Inquiry adalah model pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan yang di miliki siswa untuk mencari dan menyelidiki persoalan atau permasalahan secara logis, sistematis, dan analitis. Model pembelajaran Inquiry merupakan model pembelajaran yang bisa membuat siswa menyadari tentang apa yang telah didapatkan selama proses pembelajaran. Model pembelajaran Inquiry memposisikan siswa sebagai subjek atau pusat belajar yang berperan aktif.
Model pembelajaran Inquiry yaitu proses pembelajaran yang membuat siswa berpikir secara sistematis dalam menemukan masalah sekaligus solusi dari masalah tersebut. Pada proses pembelajaran Inquiry, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok diberikan suatu masalah atau persoalan yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, memahami, atau membahas masalah tersebut di dalam kelompok. Setelah mendapatkan hasil yang telah mereka diskusikan di dalam kelompok masing-masing, kemudian dibuat kesimpulan dan laporan dari awal proses yang tersusun dengan baik.
Model pembelajaran Inquiry merupakan serangkaian aktivitas belajar mengajar yang melibatkan seluruh kemampuan yang dimiliki siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri. Model pembelajaran Inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual siswa saja tetapi juga mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa termasuk pengembangan emosional dan keterampilan siswa.
Pada hakikatnya, Inquiry ini merupakan proses. Pada pembelajaran Inquiry, pertama kali siswa diberikan masalah atau pertanyaan yang harus dicari penyelesaian dari masalah tersebut dan kemudian siswa akan memberikan jawaban yang sersifat sementara dari permasalahan tersebut. Kemudian siswa mengumpulkan data untuk ditarik sebuah kesimpulan atau solusi dari permasalahan. Siswa akan mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran, berawal dari menghadapi permasalahan sampai akhirnya menemukan kesimpulan atau solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Model pembelajaran Inquiry adalah proses membentuk pertanyaan, menyelidiki dan menciptakan pengetahuan dan hal-hal yang baru melibatkan siswa secara penuh dalam pembelajaran. Model pembelajaran Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan tindakan, melakukan tindakan, mengumpulkan data, serta menarik kesimpulan.
Model pembelajaran Inquiry juga memungkinkan guru bisa mengetahui tentang siswa mereka, dan bagaimana pikiran siswa dalam bekerja. Berkat adanya pemahaman guru mengenai siswa, guru bisa menjadi fasilitatos yang baik. Guru harus menahan diri agar tidak memberikan banyak petunjuk, dan jawaban kepada siswa, sehingga guru tidak akan mengambil kesempatan siswa untuk belajar. Karena tujuan dari model pembelajaran Inquiry yaitu untuk memberikan kesempatan bagi siswa sebagai peserta didik untuk membangun kemampuan dan kecakapan intelektual siswa secara penuh.
Model pembelajaran Inquiry mengharuskan siswa untuk merencanakan tahapan-tahapan penelitian atau langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah sedangkan guru hanya menyiapkan masalah atau persoalan dan menyediakan perlengkapan yang diperlukan siswa. Setelah itu, siswa diberi kebebasan yang cukup luas untuk memecahkan masalah. Guru memberikan instruksi secara singkat yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan masalah, bukan menjelaskan secara terperinci apa yang harus dilakukan.
Model pembelajaran Inquiry ini menuntut guru harus yakin pada perkembangan yang membuat siswa menemukan sendiri masalah dan solusi dari masalah tersebut. Apabila guru sudah yakin terhadap perkembangan siswa dalam mencari solusi terhadap permasalahan yang ada, proses pembelajarannya pun akan berjalan secara lancar dan baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry merupakan model pembelajaran yang membuat siswa banyak belajar sendiri dan bisa untuk berfikir ilmiah dalam proses pembelajaran, serta mengembangkan kreativitas dalam memecahkan berbagai masalah. Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran yang berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Inquiry menurut Abdul Majid adalah sebagai berikut: 1)Orientasi, 2)Merumuskan Masalah, 3)Merumuskan Hipotesis, 4)Mengumpulkan Data, 5)Menguji hipotesis, 6)Merumuskan Kesimpulan.
Pertama orientasi, pada langkah ini guru menyiapkan semua yang berhubungan dengan pembelajaran dan mengatur siswa agar siap untuk mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, pendidik juga mengajak siswa untuk berfikir memecahkan suatu permasalahan dengan memberikan sustu masalah atau soal-soal kepada siswa.
Kedua merumuskan masalah. Yang dimaksud di sini adalah guru meminta siswa merumuskan atau mencatat masalah apa saja yang ada di dalam teks yang harus dicari solusinya. Ketiga merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara dari suatu persoalan atau permasalahan yang harus diuji kebenarannya. Siswa diminta untuk mencatat jawaban sementara atau belum tentu kebenaran dari jawaban tersebut pada persoalan yang diberikan.
Keempat mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktivitas untuk mencari data atau berbagai informasi yang dibutuhkan untuk menguji jawaban sementara yang telah dipaparkan sebelumnya. Apakah jawaban sementara yang diberikan terbukti benar atau tidak. Siswa harus mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang bisa digunakan untuk menguji hipotesis dan bisa digunakan dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru. Dalam proses pengumpulan data diperlukan kerjasama yang baik dan motivasi yang kuat bagi siswa dalam belajar. Siswa juga membutuhkan ketekunan maupun kemampuan berfikir yang kritis.
Selanjutnya yang kelima menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah proses untuk menentukan jawaban yang dianggap sesuai dengan data yang diperoleh dan dapat diterima kebenarannya. Dalam menguji hipotesis, kebenaran jawaban yang dapat diterima bukan saja berasal dari argumentasi, tetapi juga didukung oleh data yang telah ditemukan serta dapat dipertanggungjawabkan jawaban tersebut.
Keenam merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses menjabarkan jawaban atau solusi atas permasalahan yang diperolah berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Selain itu, guru juga harus bisa menunjukkan kepada siswa jawaban atau data yang teruji kebenarannya dan dapat dipercaya agar bisa mencapai kesimpulan yang akurat.
Adapun keunggulan dari model pembelajaran Inquiry menurut Abdul Majid adalah sebagai berikut:
- Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran Inquiry ini dianggap lebih bermakna.
- Dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar sesuai gaya belajar mereka.
- Inquiry ini sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
- Inquiry ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Keunggulan dari model pembelajaran Inquiry yaitu pembelajarannya lebih bermakna karena pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dilakukan sama rata, memberikan kesempatan siswa belajar dengan aktif sesuai dengan gaya masing-masing, model pembelajaran Inquiry menganggap belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya pengalaman yang dapat mengimbangi kebutuhan siswa dalam pembelajaran, antara siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dengan siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata.
Adapun kelemahan dari model pembelajaran Inquiry menurut Abdul Majid adalah sebagai berikut:
- Sulit mengontrol dari kegiatan dan keberhasilan siswa.
- Sulit merencanakan pembelajaran karena terbentur kebiasaan siswa dalam belajar.
- Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang.
- Model ini akan sulit diimplementasikan oleh guru selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran.
Kelemahan model pembelajaran Inquiry yaitu sulit mengontrol kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga guru memerlukan bantuan obsever atau pengamat yang bisa membantu guru dalam mengamati siswa selam proses pembelajaran, dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering kali guru merasa kesulitan untuk menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan, dan model pembelajaran Inquiry akan mudah diimplementasikan apabila keberhasilan belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran saja tetapi juga memiliki kreativitas yang tinggi dalam belajar.
Sedangkan menurut Suyadi keunggulan model pembelajaran Inquiry adalah sebagai berikut:
- Menekankan pada pengembangan aspek kognitif secara progresif.
- Peserta didik lebih aktif dalam mencari dan mengolah informasi, sampai menemukan jawaban pertanyaan secara mandiri.
- Peserta didik memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide dengan lebih baik.
- Memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing.
- Peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lambat dalam belajar.
- Membantu peserta didik menggunakan ingatan untuk mentransfer konsep yang dimilikinya kepada situasi-situasi proses belajar yang baru.
Keunggulan dari model pembelajaran Inquiry yaitu siswa lebih aktif dalam mencari informasi sampai mendapatkan jawaban yang benar secara mandiri atas pertanyaan yang diberikan, dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry siswa akan memahami materi-materi dengan lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran biasa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai keinginan masing-masing siswa dalam belajar tetapi masih dalam konteks atau alur pembelajaran dan dapat menyesuaikan aktivitas pembelajaran antara siswa yang memilki kemampuan yang tinggi maupun siswa yang memiliki kemampuan yang rendah dalam belajar.
Adapun kelemahan model pembelajaran Inquiry menurut Suyadi adalah sebagai berikut:
- Jika guru kurang spesifik merumuskan pertanyaan kepada peserta didik dengan baik untuk memecahkan permasalahan secara sistematis, maka peserta didik akan bingung dan tidak terarah.
- Seringkali guru mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar.
- Dalam implementasinya, model pembelajaran Inquiry memerlukan waktu yang lama, sehingga guru sering kesulitan menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
- Pada sistem pembelajaran klasikal dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak, penggunaan model pembelajaran Inquiry sukar untuk dikembangkan dengan baik.
- Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam menguasai materi, maka pembelajaran Inquiry sulit diimplementasikan.
Kelemahan model pembelajaran Inquiry yaitu jika dalam merumuskan pertanyaan kepada siswa kurang baik untuk memecahkan permasalahan secara sistematis, tentunya akan membuat peserta didik menjadi bingung dan tidak terarah. Dalam merencanakan pembelajaran, guru sering mengalami kesulitan, guru sering kesulitan menyesuaikan waktu yang ditentukan karena pembelajaran Inquiry memerlukan waktu yang lama.
Pada sistem pembelajaran dengan jumlah peserta yang banyak, penggunaan model pembelajaran Inquiry susah untuk dikembangkan dengan baik. Pembelajaran Inquiry sulit diimplementasikan selama kriteria keberhasilan hanya ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
Dari beberapa pendapat yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keunggulan dari model pembelajaran Inquiry adalah menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, serta dapat mengimbangi kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Kelemahan model pembelajaran Inquiry adalah sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, dan guru sering kesulitan menyesuaikan waktu yang ditentukan karena pembelajaran Inquiry memerlukan waktu yang lama.
SUMBER :
SUMBER :
- Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
- Roida Eva Flora Siagian, & Maya Nurfitriyanti, “Metode Pembelajaran Inquiry dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Belajar”, Jurnal Formatif, 2:1 (2012)
- Imam Mashuri, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dan Inquiry Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri Kabupaten Blora”, JMEE, 2:1 (2012)
- Yumiati, & Mery Noviyanti, “Analisys of Mathematic Representation Ability of Junior High School Students in The Implementation of Guided Inquiry Learning”, Journal of Mthematics Education, (2017)
- Lies Andriani, “Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Pembelajaran Inquiry terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah”, Suska Journal of Mathematics Education, 2:1 (2016)
- Fathurrohman, M., Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Kalimedia, 2015)
- Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
- Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: Rosdakarya, 2014)
- Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
- Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: GP Press, 2007)
- Ratih Kusumaningrum, Budiyono, & Sri Subanti, “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS), Numbered Heads Together (NHT), dan Think Pair Share (TPS) pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa SMP Negeri di Kabupaten Sukoharjo”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 3:7 (2015)
- Rino Richardo, Mardiyana, & Retno Sari Saputro, “Tingkat Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Divergen Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:2 (2014)
- Sri Yani Widiyaningsih, Haryono, & Sulistyo Saputro, “Model MFI dan POGIL Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar”, Jurnal Inkuiri, 1:3 (2012)
- Atik Puji Rahayu, Ashadi, & Sulistyo Saputro, “Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Eksperimen dan Quided Inquiry Ditinjau dari Kemampuan Matematis dan Kreativitas Siswa”, Jurnal Inkuiri, 3:1 (2014)
- Sahat Saragih, & Winmery L. Habeahaan, “The Improving of Problem Solving Ability and Students’ Creativity Mathematical by Using Problem Based Learning in SMP Negeri Siantar”, Journal of Education and Practice, 5:35 (2014)
- Rino Richardo, Mardiyana, & Retno Sari Saputro, “Tingkat Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Divergen Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:2 (2014)