Model Pembelajaran Biasa
Pembelajaran biasa merupakan model pembelajaran yang biasa digunakan guru di sekolah. Dalam pembelajaran biasa, guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Metode ceramah adalah metode pembelajaran dimana siswa hanya mendengarkan apa yang di sampaikan oleh guru dan guru hanya menjelaskan materi di depan kelas. Metode ceramah ini berbentuk penjelasan materi yang sesuai dengan yang ada di buku paket, pada akhir pertemuan ditutup dengan pemberian tugas dan tanya jawab antara guru dan siswa.
Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran dimana guru melakukan interaksi dengan siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab, sebaliknya siswa bertanya kepada guru tentang materi yang kurang pahaminya dan guru menjelaskan kembali materi yang kurang dipahami siswa. Metode pemberian tugas adalah metode pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran, setelah guru menjelaskan materi, pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas ataupun memberikan pekerjaan rumah untuk siswa.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran biasa merupakan proses belajar mengajar dimana siswa hanya melihat dan mendengarkan guru menjelaskan materi matematika kemudian setelah itu siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, serta melakukan tanya jawab. Pada model pembelajaran biasa guru lebih dominan sebagai pusat pembelajaran yang mengakibatkan siswa cenderung pasif, kurang memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Kreativitas Belajar Matematika
Setiap siswa mempunyai kemampuan dalam melihat hubungan-hubungan baru antar unsur yang sudah ada sebelumnya dalam matematika dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah matematika. Kreativitas seseorang dapat berkembang apabila memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkannya dan memiliki kesadaran bahwa kelebihan yang dimiliki perlu dikembangkan dan kelemahan yang perlu diatasi. Hal ini menunjukkan kreativitas dalam menyelesaikan permasalahan matematika sangat penting. Jadi, penentu prestasi belajar seseorang bukan semata-mata pengetahuan yang dimiliki, melainkan juga kreativitas yang dimiliki oleh siswa.
Kreativitas bukanlah bakat seseorang yang dibawa sejak ia lahir melainkan suatu hal yang dapat dipelajari dan dilakukan oleh siapa saja melalui proses tertentu. Kreativitas merupakan hasil dari pemikiran yang kreatif, karena berpikir kreatif dapat dikatakan sebagai proses yang digunakan ketika siswa bisa menciptakan ide-ide baru.
Kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika akan terlihat apabila siswa mampu melihat beberapa kemungkinan-kemungkinan dan menemukan cara- cara yang baru dalam memecahkan masalah. Kreativiatas siswa juga bisa dilihat dari keaktifan siswa dalam melontarkan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun berpendapat terhadap pertanyaan atau permasalahan yang diberikan oleh guru. Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dari kebenaran, kelancaran, dan hasil pemikiran yang murni dan asli yang berasal dari siswa. Kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika menekankan pada ide pemikiran dan penemuan yang menciptakan hasil yang baru yang berkaitan dengan pemikiran kreatif siswa terhadap pembelajaran matematika.
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi yang ada, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dan keragaman jawaban yang mencerminkan kelancaran dan keluwesan siswa dalam berpikir. Kreativitas pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik dalam bentuk ide dan karya baru, maupun dalam mengkombinasikan dengan hal-hal yang sudah ada.
Kemampuan kreativitas sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk itu, guru harus memahami karakter setiap siswa agar proses kegiatan belajar mengajar bisa kondusif dan tujuan awal dari pembelajaran tersebut bisa tercapai. Guru perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Adapun indikator kreativitas siswa adalah sebagai berikut:
- Aspek kefasihan (fluency) yang mengacu pada kebenaran dan kelancaran jawaban yang diberikan siswa.
- Aspek fleksibilitas (fleksibility) yang mengacu pada cara-cara yang berbeda yang diberikan oleh siswa dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah.
- Aspek kebaruan (originality) yang mengacu pada jawaban yang diberikan tidak biasa untuk tingkat pengetahuan siswa pada umumnya atau juga bisa mengacu pada cara baru yang di tampilkan siswa.
Berdasarkan indikator kreativitas siswa menurut teorinya yang telah dijelaskan di atas, maka indikator kreativitas dalam penelitian ini menggunakan ketiga indikator yaitu aspek kefasihan/fluency (kebenaran dan kelancaran jawaban), aspek fleksibilitas/fleksibility (keragaman jawaban atau cara yang berbeda), dan aspek kebaruan/originality (cara yang baru yang benar-benar merupakan keunikan atau keaslian dari siswa.
SUMBER :
- Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
- Roida Eva Flora Siagian, & Maya Nurfitriyanti, “Metode Pembelajaran Inquiry dan Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Belajar”, Jurnal Formatif, 2:1 (2012)
- Imam Mashuri, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dan Inquiry Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri Kabupaten Blora”, JMEE, 2:1 (2012)
- Yumiati, & Mery Noviyanti, “Analisys of Mathematic Representation Ability of Junior High School Students in The Implementation of Guided Inquiry Learning”, Journal of Mthematics Education, (2017)
- Lies Andriani, “Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Pembelajaran Inquiry terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah”, Suska Journal of Mathematics Education, 2:1 (2016)
- Fathurrohman, M., Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Kalimedia, 2015)
- Sa’dun Akbar, Instrumen Perangkat Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu, (Bandung: Rosdakarya, 2014)
- Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
- Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: GP Press, 2007)
- Ratih Kusumaningrum, Budiyono, & Sri Subanti, “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS), Numbered Heads Together (NHT), dan Think Pair Share (TPS) pada Materi Lingkaran Ditinjau dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa SMP Negeri di Kabupaten Sukoharjo”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 3:7 (2015)
- Rino Richardo, Mardiyana, & Retno Sari Saputro, “Tingkat Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Divergen Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:2 (2014)
- Sri Yani Widiyaningsih, Haryono, & Sulistyo Saputro, “Model MFI dan POGIL Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar”, Jurnal Inkuiri, 1:3 (2012)
- Atik Puji Rahayu, Ashadi, & Sulistyo Saputro, “Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Eksperimen dan Quided Inquiry Ditinjau dari Kemampuan Matematis dan Kreativitas Siswa”, Jurnal Inkuiri, 3:1 (2014)
- Sahat Saragih, & Winmery L. Habeahaan, “The Improving of Problem Solving Ability and Students’ Creativity Mathematical by Using Problem Based Learning in SMP Negeri Siantar”, Journal of Education and Practice, 5:35 (2014)
- Rino Richardo, Mardiyana, & Retno Sari Saputro, “Tingkat Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Divergen Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2:2 (2014)